Thursday, August 22, 2013
KU TAKLUKAN WANITA BERAMBUT PANJANG ITU
(( Like dulu baru baca ))
Sebut saja aku Anto, usiaku saat ini sudah berkepala empat menjelang
lima, sudah berkeluarga dengan anak dua. Perilaku dalam kehidupan seks
normal, hanya saja jika pada umumnya laki-laki tertarik pada wanita yang
usianya lebih muda, berbody seksi dengan pantat bahenol dan dada
montok, sementara aku justru lebih tertarik pada wanita yang memiliki
rambut tebal dan panjang, usia tidak masalah yang penting bukan ABG.
Karena itu walau usiaku kini sudah termasuk setengah baya, namun jika
melihat wanita yang berambut tebal dan panjang (kendati pemiliknya sudah
setengah baya).. langsung saja gairah seksku meningkat. Yach..bisa jadi
kondisiku ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa puberku dalam
berhubungan badan dengan lawan jenis. Ketika itu usiaku baru 15 tahun
dan kata orang betawi merupakan masa yang sedang ngebet-ngebetnya pengin
ngesek (ngerasain seks). Cuma karena belum cukup umur, biasanya
keinginan tersebut hanya disalurkan secara swalayan sambil membayangkan
si "Nani" dengan berdesah.. Ooo.. na.. ni, o.. na.. ni (eh mungkin saja
karena itu jadi banyak orang mengatakan kegiatan swalayan dengan istilah
"onani".). Pengalamanku diusia tersebut sedikit beruntung.. karena
tidak harus berlama-lama swalayan. Dirumahku ada Bulik Anna yang saat
itu sudah berusia 36 tahun tapi bodynya masih OK, rambutnya tebal, ikal,
hitam dan panjang sepunggung. Dia sejatinya teman ibuku namun pada
kesempatan-kesempatan
tertentu dia bertindak sebagai "guru"
sekaligus menjadi muara birahiku yang sedang menggebu-gebu. Bulik anna
sangat pandai menjaga citra diri dan berakting manis didalam keluarga
kami. Sehingga meskipun kami sudah ML berkali-kali ? kedua orang tuaku
tidak curiga sama sekali.
Kami sama-sama menikmati, dia puas karena
dapat "burung muda" sementara akupun puas sebab tidak harus konak
sendirian, lumayanlah ngirit sabun, hee..hee.. (O.. ya, pengalaman
tentang pendaratan pertama "apollo"ku di "bulan"nya Bulik Anna sudah
kuceritakan di situs ini pada "gara-gara harnet") Suatu hari, tepatnya
malam minggu tapi tanggal, bulan dan tahunnya lupa, Aku benar- benar
bingung dan resah. Waktu itu aku baru pulang nonton film "Intan perawan
kubu" dengan pemeran utama artis YO.(tahu khan??) Nah disalah satu
adegannya ia tampil polos, hanya rambutnya yang ikal, panjang dibelah
dua dan dipindahkan kedepan sehingga menutupi payudaranya.! Woouu.. aku
jadi konak berat menyaksikan adegan tersebut dan yang bikin tambah resah
ketika aku pulang kerumah. Inginnya langsung kusalurkan ke Bulik anna,
namun lagi-lagi sial karena orangtuaku tidak jadi pergi malam itu,
ketika aku pulang mereka sedang ngobrol diruang keluarga sambil nonton
TV. Pokoknya..benar- benar suntuk aku malam itu, dan terpaksalah aku
"onana".. (karena yang dikhayalin bulik anna) Paginya, aku dapat akal
dan setelah sarapan pagi aku langsung bilang sama Ibuku..
"Ma.. besok ada pelajaran sejarah, tapi kata Pak guru kami disuruh cari referensi buku lain, jadi aku pagi ini mau
ke toko buku ya."!
"Lho emangnya kamu berani sendiri, khan Pak rus (sopir) libur hari ini" tanya ibuku..
" Berani sih, tapi kalau Bulik Anna mau nemani juga boleh, kami naik
taksi aja " jawabku sambil melirik bulik anna yang duduk disebelah
ibuku.
" Enak.. aja kamu, tanya dulu tuh sama bulik..!! Piye.. Mbak, iso ora..! jawab ibuku sambil bertanya ke bulik Anna.
" ya.. udah bulik anterin..dasar anak manja "!! bulik anna menimpali pembicaraan kami sambil tersenyum dikulum penuh arti.
" Tuh..bulik mau khan Ma"!!, Nah minta uangnya dong
" Ah .. dasar kamu to!!" Selesai sarapan kami langsung bersiap-bersiap.
Bulik Anna memakai rok terusan, rambutnya yang lebat dan panjang hanya
dilipat setengah, sehingga tampak ia hanya memiliki rambut sebahu.
Kamipun berpamitan pada kedua orang tuaku dengan tidak lupa minta sanggu
yang lebih dengan alasan kami mau makan diluar. Kira -kira lima puluh
meter setelah kami meninggalkan rumah, langsung saja kucubit bulik anna
sambil kukatakan..
"Ma'kasih ya bulik mau ngantar, sebenarnya aku pusing
nih bulik"!!
"Bulik tau koq.. dari tadi malam khan?! kata bulik anna sambil senyum sensasional.
"Lho ..kalau bulik tahu, koq tadi malam tidak kekamarku setelah papa mama tidur??"
"Tenang kita selesaikan ditempat biasa" sambungnya lagi, dan taksipun
melaju ke arah kemayoran,.. Setelah turun dari taksi kami langsung check
in di suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kami. Disinilah
kami sering ML jika keadaan dirumah tidak memungkinkan, tempat memang
tidak terlalu bagus tetapi cukup nyaman untuk menyalurkan hasrat sesaat,
apalagi para petugasnya sudah kenal dengan kami. Aku yang sudah menahan
hasrat sejak tadi malam, makanya begitu masuk kamar langsung kuserbu
bulik anna, kami berguling-gulung dikasur dengan bibir berpagutan
lengket sekali. Mendapat serbuan mendadak, bulik anna sempat
terperangah, sambil terenggah-enggah bulik Anna juga mengimbangi
aktivitasku dengan sesekali bergumam.." huuh dasar anak muda!! tapi ..
oenaak koq". Bibir kami terus saling melumat sementara tangan kami
saling beraksi melepas pakaian masing-masing.. sampai akhirnya kami
berdua dalam keadaan polos tanpa ada lagi yang melekat ditubuh. Setelah
melepas pakaiannya, tanganku kembali aktif meremas payudara bulik anna
yang masih terasa kenyal..kumainkan pentilnya yang sudah mulai menjulang
hitam semu merah. Jemari tangan bulik anna juga tidak kalah aktifnya,
ia sudah mengocok lembut "apollo"ku. Hanya ketika dia berancang- ancang
mengulum penisku.. kutahan tubuhnya.. dia sempat heran.. "Sebentar
bulik.." tadi malam aku konak berat dengan penampilan YO di film, jadi
aku ingin bulik seperti dia..!! kataku menjelaskan.
"Ok.. lah
terserah kamu!! jawab bulik Anna pasrah.. Dengan tetap berdiri, kubalik
tubuh mulusnya, aku rapatkan tubuhku sehingga penisku nempel kepantat
bulik Anna.. Kugesek-gesek pantatnya dengan penis, sementara tangganku
mengurai rambut bulik Anna yang tebal, panjang dan harum..kusisir dengan
jemari tanganku.. kemudian ku bagi dua..dan kupindahkan kedepan
sehingga menutupi kedua payudara bulik Anna yang sudah tegang. Masih
dari belakang dengan posisi tubuh berhimpitan.. tanganku meremas
payudara yang tertutup rambut.. woauu asiknya bukan main.. diapun
menikmati. Tubuhnya menggeliat.. sampai dia tidak tahan lagi dan
langsung berbalik sambil berjongkok dan memegang penisku..yang sudah
semakin mengeras. Dalam posisi dia jongkok aku berdiri, ia tidak
langsung mengulum.. namun ia pindahkan rambutnya yang sudah tergerai
berserakan keatas penisku..kini gantian dia yang memainkan penisku
dengan rambutnya..
"Auouu.. ah.. ahh.. enak sekali bulik"!! rintihku
menahan geli bercampur nikmat yang luar biasa. Mendapat sensasi rambut
seperti itu..aku hampir tidak tahan, tapi aku tidak ingin air maniku
muncrat dirambutnya. Kudorong bahu bulik Anna.. agar Ia menghentikan
sejenak pemainan rambutnya. Bulik Anna yang sudah mulai terangsang,
tidak mau berhenti begitu saja.. dari pemainan rambut ia beralih melumat
penisku dengan mulutnya.. Sambil dikulum penisku, kedua tanganku
mengacak-acak rambut bulik Anna kesukaanku.. Bayangkan.. aku merasa
seperti diawang-awang, terasa
darahku mengalir cepat, penisku terasa
berdenyut- denyut menikmati kombinasi permainan lidah bulik Anna
dikepala burung dengan sensasi rambut nya yang lebat berserakkan. Rambut
bulik Anna yang sudah acak-acakan terus saja kumainkan..sehingga
denyutan penisku terasa semakin cepat.. Mungkin hanya sekitar tiga menit
aku menikmati permainan itu karena benar-benar tidak mampu lagi menahan
sensasi yang luar biasa,.. "Ahh..auu..ahh.. bulik.. ahh.. aku
keluar.."!! Air maniku muncrat deras. Saking banyaknya sampai tidak
tertampung dimulut bulik Anna sehingga sebagian mengenai wajah dan
rambutnya. Bulik Anna tampak belum orgasme, namun dia dengan sabar..
membantuku dalam menikmati saat konsolidasi.. "Terimakasih Bulik..nikmat
sekali"!! Kataku puas.
"Sama-sama, istirahat dulu lah "! Kata Bulik
Anna sambil memeluk dan mengibas- ngibaskan rambutnya ketubuhku.. Aku
merebahkan diri di kasur.., Bulik Annapun mengikuti tiduran disampingku.
Sekitar lima menit aku tergolek dikasur, Ia masih memelukku, kemudian
setelah dia melihat aku sudah siuman dari kenimatan, Ia mulai beraksi
lagi dengan rambutnya. Dia geraikan rambutnya diatas tubuhku, mulai dari
dadaku.. terus turun kebawah.., Persis diatas penisku dia gusel-
guselkan kepalanya.. tampak benar.. rambut yang lebat dan harum
berserakan..menutupupi sekitar penisku. Lalu dia atur lagi rambutnya
untuk membalut payudaranya kemudian dia himpitkan payudara yang sudah
dibalut rambutnya ke dadaku dan digerakkan naik turun.. Sensasional
sekali .. sehingga tanpa terasa penisku tegak lagi, bahkan ketegangannya
jauh lebih tegang dari yang pertama. Karena ini giliranku untuk
memuaskan Bulik Anna, aku segera mengambil insiatif, kuputar tubuhnya
menjadi aku diatas dia dibawah dengan selangkangannya tepat dimukaku
sementara kepalanya
juga tepat menghadap penisku..dan.. mulailah
aktivitas 69. Posisi ini yang paling disukai oleh Bulik Anna, semakin
aktif aku mempermainkan lidahku di liang vaginanya..semakin erotis
gerakkan dia mengimbanginya. Tangganku memeluk erat kedua pahanya
sehingga kepalaku semakin terbenam diselakangan. Puas lidahku mengitari
lubang, kulanjutkan dengan menyedot dalam-dalam bagian tepinya. Tubuh
Bulik Anna melonjak- lonjak sementara vaginanya sudah semakin basah.
"Ayoo.. To masukin.. Bulik sudah ngga tahan nih.."!! seru Bulik Anna
sambil membalikan tubuhnya. Ia berjongkok di atasku dan mengarahkan
penisku menusuk liang vaginanya.. "slleebb"!! terdengar suara bersamaan
dengan Bulik Anna menurunkan pantatnya. Dengan posisi itu, lalu dia
bergerak meliuk-liuk sehingga payudara berguncang tersamar dengan
rambutnya yang tergerai kian kemari mengikuti irama gerakkan. Aku tidak
menyia-nyiakan kesempatan, langsung kutangkap dan kuremas- kuremas
dengan penuh nafsu. Dengan aktivitas masing- masing, kami benar-benar
saling menikmati, pantatku ikut bergerak naik turun seiirama dengan
gerakan Bulik Anna, ..
"Akh..oo.. enak..!! erang kami bergantian,
disela-sela desahan nafas. Cukup lama kami bermain dengan posisi ini dan
kulihat gerakan tubuh Bulik Anna sudah tidak beraturan. Segera aku
mengangkat badan sehingga aku dapat memeluk Bulik Anna seperti orang
memangku dan setelah beberapa kali kusodok-sodok.. kubalikan tubuhnya.
Kami sempat bergumul namun tampaknya Bulik Anna sudah hampir orgasme,
jadi begitu tubuhnya kutindihi, ia mengapitkan kedua pahanya, terasa
lubang vagina Bulik Anna menyempit dan berdenyut-denyut. "Aouu.. to..
Bulik mauu keluar.. nih!!" .. Tubuhku dipeluk erat sekali..mulutnya
langsung kututup dengan bibirku sementara tanganku menjambak lembut
rambutnya untuk mengantar Bulik Anna mencapai orgasme. Kubiarkan penisku
menancap di lubangnya..dan setelah beberapa saat ia mengalami orgasme,
kubalik lagi tubuh Bulik Anna. Kini dia terlungkup dengan penisku tetap
dalam sarang. Kumainkan
maju mundur.. sementara tanganku meremas payudara dari belakang, sedang wajahku kubenamkam dirambutnya yang
harum. Bulik Anna mengerang nikmat lagi.., Beberapa saat kemudian
kusibak rambutnya.. lalu bibirku mengecup tengkuknya yang mulus..Mungkin
karena dia belum tuntas orgasmenya sehingga ketika menerima perlakuan
tersebut.. Dia menggeliat-mengeliat lagi.. "Ayoo..to.. keluarin.. aku
juga mau keluar lagi nih.. sama- sama ya"!! pinta Bulik Anna sambil
terenggah-enggah.
Aku tidak menjawab tetapi kecupanku semakin
menguat ditengkuknya..tubuh Bulik Anna kembali mengejang, dan..
akhh..akhh.. lengkuh Bulik Anna berbarengan dengan semprotan airmaniku
untuk kedua kalinya.
Kami tergolek bersama, sambil mengatur nafas masing- masing.. "Ohh.. Bulik puas sekali To"!! Kamu sudah semakin pandai saja..
"Ya.. siapa dulu, dong gurunya"!! balasku sambil melumat lagi
bibirnya.. Setelah cukup istirahat, kami saling merapikan diri..Aku
membantu menyisirkan rambut Bulik Anna yang kusut karena tadi terus
kuacak-acak. Tampak ditengkuk Bulik Anna bekas kecupanku, untung saja
ketika pergi dari rumah tadi, Bulik Anna tidak sanggulan penuh..
sehingga sepintas masih tertutup oleh rambutnya.. "Terima kasih Bulik..
sekarang saya sudah ngga pusing lagi"!! kataku manja sambil mengecup
pipinya.. dan berlalulah kami ke-toko buku. TAMAT
MBAK JUMINTEN YANG BAHENOL
(( Like dulu baru baca ))
Namaku Agus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku
memulai karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh
di Jawa Barat. Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan asri
semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih2 rumah dan
mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak
Juminten. Wanita ini berumur 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160
dan tubuhnya sedikit gempal. Mbak Juminten asli Solo, dia menikah dan
ikut suami yg bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat
dan meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Juminten
mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya
yg sdh tua. 5 bulan mbak Juminten melayani keperluanku dgn baik, meski
agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan. Gaji
yg aku berikan sebenarnya diatas pasaran, ttp mungkin karena besarnya
kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan mbak Juminten
meminjam uang lebih
besar dari biasanya, setelah aku tanya dgn
detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat kebiasanya
membeli togel dan arisan. Tidak mengerankan, hanya beberapa bulan
berlalu mbak Juminten telah meminjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada
usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus. Pagi itu dia
sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau mencoba
terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk menutupi
tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
Aku kembali menolak
dengan tegas, dan mbak juminten terus terisak. Aku memperhatikan wanita
paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti kbanyakan wanita jawa pada
umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat lebih muda dari umurnya.
Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yg
msh
kencang dan bahenol walau pikiran kotorku tdk melangkah lebih
jauh. Semalam, aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue
sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa dan
minum beberapa botol anker bir.
Pagi itu terasa akumulasinya.
Kesadaranku belum begitu pulih. Aku mencoba menepis pikiran itu,
bagaimanapun itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Juminten juga jauh
dari tipe wanita yg aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yg
bisa saja terjadi. Bagaimana kalau dikemudian hari kenekatanku akan
berbalik
menjadi bencana utk diriku dan karir. Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan
waras. Mbak Juminten masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan
air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak
permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
"Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak" aku memulai bicara.
"Nggih Den.." Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster lusuh
itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak sengaja
menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya,sebagian
pahanya yang besar dan lututnya terkuak
dihadapanku beberapa detik.
Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.
"Hmm...bingung saya mbak.."Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil
minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
"Kenapa den, pusing?" Tanya mbak Juminten.
"Iyah, semalem begadang sm temen2.." Jawabku.
"Mbak ambilin aer putih sebentar.."Serunya sambil segera berlalu ke
dapur. Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan
makin kuat mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2
dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan
tentang pahanya yg td sempat terlihat itu makin menggangguku. "Makasih
mbak" ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.
Mbak Juminten masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku
menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu
pikiranku makin terpuruk.
"Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang " ujarku.
"Iya den.." Jawabnya pelan.
"Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan,
kayaknya yg kemaren2 sudah cukup.." Ujarku memulai kembali pembicaraan.
"Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake
simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp
kepaksa.."Jawabnya dengan suara lirih. "Waduh.."Jawabku terputus.
Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap
pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal
jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk
mengambil kesempatan. Mbak Juminten menatap ke lantai, pikiranya masih
kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya menyerah,
biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera
pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.
"Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya.." Ujarku.
"Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin
uangnya.."Sergahnya. "Apa aja.." Waduh, kata2 itu sangat menggelitik
benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
"Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak.."Tanyaku sambil tersenyum.
"Apa aja yg den agus minta mbak kerjain .."Jawabnya lugu.
"Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?" Kalimatku mulai menjebak.
"Hehe..apa aja den.." Jawabnya sambil tersipu.
"Mbak..mbak..hati2 klo ngomong.."Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
"Maksudnya apa den.."Tanyanya heran.
"Saya ini laki2 mbak, nanti kalo
saya minta macem2 gimana.."Lanjutku mulai berani.
"Mbak gak paham den.." Wajahnya masih bingung.
"Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja.."Godaku.
"Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain.."Jawabnya.
"Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji
yah dikembaliin secepatnya"aku berusaha menyudahi percakapan ini.
"Makasih den..makasih banget.."Jawabnya lega.
"Tapi emangnya den Agus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak
bisa bantu?"Lanjutnya. Aku yg tengah berjalan menuju kamar terhenti,
kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan
meledak keluar dari mulutku. Aku membalikan badan, menatapnya dengan
seringai aneh.
"Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?"Sergahku.
"Iya den, ngomong aja.."Jawabnya. Dasar perempuan bodoh ujarku
dalam hati.
" Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya.."Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
"Terus Den?" Tanyanya penasaran.
" Mbak temenin saya tidur.."Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku
berdegup kencang. Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti
akan
bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha
keras utk menahan diriku utk tidak berniat aneh pada dirinya tapi
kesadaranku belum penuh utk melawan kegilaan ini. "Maksudnya..maksudnya
apa den..mbak kok jadi takut.."Wajahnya mulai memucat.
"Iya temenin
saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan
sekarang.."Jawabku, aku tau mukaku memerah. "Mmm...tapi..tapi itu kan
gak mungkin den.."Ujarnya dengan suara pelan.
"Mungkin aja kalo itu
syaratnya mbak mau pinjem uang.."Jawabku . Ruangan kembali sunyi, mbak
Juminten tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan gelisah. Ada rasa
sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur. Aku sudah
tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yg bertindak.
"Gimana mbak?" Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
"Tapi itu gak mungkin Den..gak
mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu.." Jawabnya, suaranya kembali lirih.
"Hhhh..." Aku menghela nafas berat. Mbak Juminten wajahnya kembali
muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.
"Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes .."
Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
"Itulah laki2 mbak.." Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.
Dia mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku.
Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku
dan segera pergi menjauh, sementara mbak Juminten tidak punya pilihan
lain. "Sekarang terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo
mbak mau menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan.."Jawabku pelan
sambil melangkah ke kamar. Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah
uang ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya.
Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja
kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya. Kami kembali sama2 membisu.
Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.
"Den...apa aden yakin ...?" Tiba2 dia berucap.
"Sebetulnya saya gak
tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah
mbak de.."Jawabku dengan tenang. Matanya berkaca2 menatap langit2
ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.
"Hmmmm...baiklah Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya
mana sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh
takut banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi
bukan.."
"Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di
kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera
pulang.."Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke
kamar. Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda
ketakutan.Aku tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk
yg bisa saja terjadi. Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg
memang tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Juminten
melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk. Dia berdiri
menatapku di samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku
tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar
kamar, aku merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Juminten. Tapi
aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.
"Mbak yakin mau ngelakuin ini"?tanyaku.
"Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja.."Jawabnya pasrah. Aku
menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti
ingin menelannya hidup2. Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku
memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar. Memang sudah
harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam hati.
Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2. Aku menarik tangan
itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih
dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku segera meneruskan
dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur. Begitu dia
terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya dibawah
tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya. Aku tidak
memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi dengan
kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya. Nafasnya
tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan.
Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku,
daster itu telah tersingkap ke atas. Aku seperti kesetanan menciumi
pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari tanganku
yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu nafsu.
Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih menciuminya
membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas
pakaianya. "Den..jangan den..sudaah.." Serunya ketika aku kembali
menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa
menutupi
tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku. Aku tidak
memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku
bergerak melepas bajuku. Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku
hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan
melihatku. Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku
bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku. Mbak Juminten
menangis. Aku tidak perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung
di atasnya, mbak Juminten makin panik melihatku. Jemariku bergerak2
mengocok2 cepat batang penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya
terpejam basah. "Den..sudahlah
den...jangan..sudahlah..mbak
gak jadi pinjem uang..sudaaah.."Jeritnya
ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua
tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal. "Sudah
telat mbak" Suaraku bergetar menghardiknya. Aku memaksa kedua paha sekel
itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul
beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku
di dalam jepitan pinggul mbak Juminten. Dengan gerakan kasar aku menarik
ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke
arah vaginanya. Aku sempat salah memposisikanya, dorongan penisku
menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua
kepala penis itu langsung menusuk masuk. Mbak Juminten menjerit
terperikan oleh rasa sakit..Wajahnya
meringis,matanya menyipit
menahan perih diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu
menerobos masuk. "Ahhh...shhh...oohhh.."
Desahku,terasa nikmat
menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak, aku seperti terbakar.
Melihat kemaluan mbak Juminten yg berbulu lebat membuatku makin
bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat. Aku sedikit
menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Juminten kembali
tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah selangkangan,
lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya. Aku kembali
mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Juminten
makin menjadi tangisnya.
"Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah
denn...sudaaah.." Rintihnya sambil memegang bahuku keras.
....Selanjutnya aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya.
Penuh tenaga, makin lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu
itu menambah seru suasana. Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan.
Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan
bahenol. Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari
pinggulku. Aku beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Juminten
telah berhenti menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara
nafasnya yg terputus2, buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku.
Wanita ini sudah pasrah dengan apa yg tengah terjadi. Bahkan ketika aku
merubah posisi, mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung
di udara dengan kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Juminten
hanya diam. Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg
terkuak lebar.
".. Plok..plok..plok.." Suara gesekan selangkangan
itu terdengar jelas ditelingaku. Kemaluan mbak Juminten yg basah makin
menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat lagi aku sudah tidak kuat
menahan desakan, aku seperti kesetanan menggenjotnya. Mbak Juminten
seperti mengerti apa yg akan segera terjadi. "Den..tolong.. jgn keluarin
di dalem den..tolongg..." Serunya memohon dengan suara gemetar. Aku
tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi
akan sampai. Mbak Juminten memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2
berhenti, tubuhku tengah meregang.
"Deenn..cabut deen..." Serunya
panik sambil menekan perutku ke belakang. Aliran sperma itu bergerak
naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei.
Beruntung
aku masih sempat menarik batang penisku keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
"Ahhhhh...sshhhhhh...mbaaak...aduuhhhh....."
Jeritku panik. Belasan kali cairan hangat itu menghantam sebagian perut
mbak Juminten. Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam
beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai. Mbak Juminten melihat
proses akhir tadi dengan seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang,
matanya was2 melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri
perutnya. "Sudah den..sudah puas ?" Ujarnya beberapa saat ketika aku
masih tersengal diam di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari
pinggir pipinya.Kalimat itu serasa menamparku. Rasa penyesalan perlahan2
merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana
mungkin hingga aku bisa sebejat itu. "Maafin saya mbak..saya bener2
khilaf.." Jawabku bingung.
Aku beringsut mundur, memungut seluruh
pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.
Aku melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang
tamu. Mudah2an mbak Juminten tidak memperkarakanku, menganggapnya
selesai hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku. Mbak
Juminten keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia
duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak
berani menatapnya atau memulai pembicaraan. "Ini uangnya saya ambil den,
nanti diusahain dikembaliin kok.." Ujarnya pelan, suaranya
berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
"Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi.."Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
"Gak papa den..gak papa.."Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik
kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam. "Sekali lagi maaf
mbak.." Dia mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih
berjatuhan dipangkuanya. Aku meraih uang
itu, melipatnya,kemudian
memasukanya ke dalam kantung dasternya. Jemariku menyentuh pangkal
tangannya, menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke
kamar sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu
menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri. Aku melihat Jam
di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam.
Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Juminten mungkin
telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah dia
padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan
tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan
nanti. Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja
menunggu mbak Juminten datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak
terjadi. Jam 8 mbak Juminten tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia
membuka pintu depan. "Loh belum kerja den?" Tanyanya, wajah itu terlihat
datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
"Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng.."Jawabku berusaha tenang.
"Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?" Tertawanya membuatku lega.
"Iya mbak..takut aja, ...mm.."
"Mm.. Apa den..?" Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
"Maaf yg kmaren mbak..."Jawabku.
".....ya ndak papa den...mmm..yo wis..lupain aja.." Serunya, dia
melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya. Yah sudahlah, yg
jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin.
Aku segera berlalu menuju kantor. Hari2 selanjutnya berlangsung
normal, kami hanya bertemu di akhir pekan, tidak ada bahasan lagi soal
peristiwa itu. Mbak Juminten tetap melakukan pekerjaanya dengan baik.
Kami
hanya sesekali mengobrol basa basi. Satu bulan berlalu, aku
mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin banyak mendekati akhir
tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu di luar bersama teman2
di akhir pekan. Hingga pada suatu pagi di hari sabtu aku terbangun dan
terjebak dalam lamunan tentang mbak Juminten. Malam itu aku mimpi
erotis, dengan mbak Juminten, cairan sperma itu sebagian telah mengering
memenuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak
Juminten dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam
penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku. Jam 9 pagi,
wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi
dan tengah bersiap utk sarapan.
" Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak.." ujarku sambil tersenyum ramah.
"Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu.." Jawabnya.
"Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu.." Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
"Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu.." Jawabnya seraya
melangkah ke dapur. Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah
sepanjang bawah betis itu cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat
dan pahanya. My gosh, darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku
makin parah. Otaku segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2
seandainya hari ini aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis
pikiran buruk itu. Mbak Juminten telah kembali, duduk bersebrangan di
depanku dan telah bersiap utk makan. "Gimana kabar orang rumah mbak,
sehat semua?" Tanyaku basa basi.
"Sehat den..." Jawabnya santai.
"Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?"
"Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar.."
"Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau
tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada
obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar,
lebih boros juga..." Lanjutku.
"Wahh bagus tu den..tapi perlu
modal, ibu mertua saya pinter masak.."Jawabnya semangat.
"Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin
temen2 saya.."
"Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Agus.." Jawabnya.
"Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe.." Jawabku.
"Hehe..untuk den Agus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg.."
"Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis.."Jawabku.
"Duh saya makin banyak utang budi dong den.."Lanjutnya.
"Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak.."
"Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng.."
"Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting.."Jawabku. Obrolan pagi itu
terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku waktu
itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan kehangatanya
lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu kembali membisiki.
Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Juminten datang membawa anak
perempuanya ke
rumah.
"Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya."
"Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik.." Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
"Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang.."
"Nggih den....monggo.." Jawabnya. Aku segera berlalu, mbak Juminten
terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu.
Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih
muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak,
ucapku dalam hati. Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali
di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
"Waah
keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer
panas.."Serunya ketika membuka pintu. "Makasih mbak.." Aku langsung
berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan
mengganti pakaian.
"Rini kemana mbak, kok sepi.." Ujarku ketika duduk diruang tamu.
" Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya.."Jawabnnya.
"Iya mbak, sudah lama jg gak ujan.." "Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum.." Lanjutnya.
" mantep nih..makasih mbak.."Jawabku sambil menerima cangkir dari
tanganya. Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan
ini membuatnya segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi
senja. Angin menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik. "Masih sibuk
mbak, santai aja dulu duduk2 di sini.."Ujarku melihatnya mondar mandir.
"Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos.."Jawabnya. Tak
lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk
dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms
teman2ku. "Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai.."
Ujarku memulai pembicaraan.
Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
"Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya.."Jawabnya.
"Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih.."Jawabku tersenyum.
"Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf.."Lanjutnya.
"Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja.." Jawabku.
"Makasih den.." Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk bertanya
tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya tidak
nyaman tapi
kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.
"Mbak..maaf boleh saya nanya.."
"Boleh den..mo nanya apa.."Jawabnya.
"Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?" Lanjutku.
Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
"Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa.."jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
"Boleh nanya lagi mbak.." Lanjutku.
"Monggo den.."
"Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar.." kalimatku makin menjebak.
"....mmmm...gimana ya..gak tau den.."Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
" Sakit..atau jijik mbak.."
"Jijik kenapa..sakit sih iya.." Jawabnya pelan.
"..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa.." Lanjutnya.
" ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol.."Jawabku.
"Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok.."Lanjutku makin berani.
"Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah.."Jawabnya.
"...well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak.."
" Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak.."Tanyanya kembali.
" Maksudnya..?"
"Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den agus.."
"Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak.."Jawabku.
"..mbak juga nyesel.."
" tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak.."
"Apa den..ngomong aja.."Jawabnya penasaran.
".. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak.."Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
"....mmm...apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi.." Wajahnya lekat2 menatapku.
" ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian
itu.."Jawabku. Mbak Juminten tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada
dalam pikiranya.
"Apa yg aden inget waktu kejadian itu.." Ujarnya.
"Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry.."Jawabku.
"hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi.."
"Sekarang jg lagi mikirin itu mbak.."Aku memotong kalimatnya.
"..hmm...yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den.."Jawabnya.
"Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana.."Responku mencecar pikiranya.
"Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah.."Jawabnya. Aku
paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis
godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan
bersamaku lagi. Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang
jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.
"Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya.." Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
" Jangan den..dosa...."Jawabnya
ketakutan. Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di
bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan. Wajahnya pucat pasi..antara
kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku kembali menciumi
wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah melingkar dengan
manis di lehernya. Dia hanya terdiam..tanpa reaksi. Tidak ada penolakan,
aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali ini tidak hanya bibir dan
sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher dan belakang telinganya.
Mbak Juminten bergidik, tubuhnya merinding. Mendung semakin gelap
diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Aku
berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya keatas kemudian
membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar... Mbak Juminten sama
sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku. Wajahnya takut2
melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
Ruangan kamar cukup
gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu
lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati. Aku membimbingnya
utk berbaring diranjang. Wajahnya menatapiku tanpa henti,menanti
kejutan2 selanjutnya. Aku kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan
berarti darinya. Seluruh leher dan bagian dadanya yg tertutup kaos itu
habis ku kecup. Nafas mbak Juminten terdengar menderu. Tidak perlu lagi
basa basi, aku segera melepas habis pakaian yg dikenakanya. Hanya
tertinggal bra dan celana dalam lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah
hampir telanjang, pakaianku berserakan di lantai. Aku langsung menindih
tubuhnya. Mbak Juminten mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di
telingaku, mulutku tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg
lumayan besar. Kulit kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin
membuatnya makin merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba
tubuhnya, jemariku lincah menggosok2 sekitar selangkanganya. Penisku
telah sedari tadi diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia
semakin garang menempel dan kadang2 menggesek tepat ditengah2
selangkangan mbak Juminten. Dia makin terbuai oleh rangsangan dariku.
Wanita
ini siap sedia untuku hari ini, aku sangat beruntung.
Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah terkuak lebar dan
basah. Permainan lidahku tadi di situ telah membuatnya tanpa sungkan2
merintih dan mencengkram erat kepalaku. Pahanya terkulai lebar ke
samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi sedikit batang itu
terbenam diiringi dengan rintihan mbak juminten dan desis yg keluar dari
mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu telah berhasil menyentuh
dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.
DI BALIK JILBAB NURJANAH DAN AISYAH
(( Like dulu baru baca ))
Namaku adalah Farid, bekerja di perusahaan konsultan IT yang cukup
ternama di tanah air. Posisiku sebagai seorang programmer. Menurut
teman- temanku, aku adalah orang yang beruntung, karena memiliki seorang
istri yang cantik dan seksi. Nurjanah nama istriku. Tinggi istriku 167
cm dan berat yang proporsional. Tapi menurut teman-temanku yang istimewa
dari istriku selain wajahnya yang putih dan cantik adalah keseksian
bodynya. Temanku yang mata keranjang selalu jelalatan bila melihat
istriku terutama melihat buah dadanya yang besar dan montok , pinggul
yang besar menggoda dan pantat yang terangkat ke atas, walaupun istriku
selalu mengenakan pakaian yang tertutup rapat. Dari istriku aku telah
dikaruniai putra yang telah duduk di kelas 2 SD dan seorang putri yang
berusia 4 tahun Pada suatu hari aku ditugaskan oleh perusahaan untuk
membantu sebuah instansi pemerintah didalam membenahi IT yang terdapat
di instansi tersebut. Di instansi tersebut aku bekerja sama dengan salah
seorang pegawai yang mendapat tugas sebagai penanggungjawab IT di
instansi tersebut. Nama rekan kerjaku adalah Sugianto dan biasa
kupanggil Anto. Usianya 2 tahun dibawahku, telah menikah dan dikaruniai 2
orang putri yang berusia 3 tahun dan SD kelas 1. Istrinya adalah
seorang wanita
berjilbab lebar. Istri Anto bernama Aisyah. Namun
jilbab lebar tersebut tidak mampu menyembunyikan paras wajahnya yang
cantik, anggun dan putih mulus kulit wajahnya. Tubuhnya kecil mungil
imut-imut sesuai dengan tipe cewe idamanku pada waktu aku bujangan dulu.
Aisyah Dalam kerjasama ini , seringkali kami bekerja hingga
jauh
malam di kantor bahkan tidak jarang kami harus menginap di kantor.
Sering pula kami bekerja di rumahnya hingga menginap ataupun sebaliknya
menginap di rumahku. Karena dimulai dari nol, maka hubungan kerja sama
ini terjalin menjadi sangat lama karena membicarakan segala aspek yang
berhubungan dengan IT, dimulai dari perencanaan, pemasangan jaringan
hingga sistem informasi yang akan dijalankan. Setelah kerjasama berjalan
sekitar 3 bulan, Anto terlihat seperti orang stress dan setelah
kutanyakan dia bercerita bahwa dia mendapat tekanan dari atasannya
akibat kesalahan perencanaan, sehingga hasilnya melenceng dari target
yang ditetapkan dan dia diberi limit waktu 3 bulan untuk segera
memperbaiki dan menyelesaikan proyek yang sedang dikerjakan. Rupanya,
atasan Anto menceritakan kesalahan perencanaan yang dilakukan oleh
anakbuahnya kepada atasanku, sehingga akupun mendapat teguran keras dari
atasanku sebagai karyawan yang tidak mampu membawa misi perusahaan yang
mampu memberi bantuan konsultasi untuk mewujudkan terciptanya sebuah
Sistem Informasi pada sebuah klien. Walaupun ini semua terjadi bukan
kesalahanku. Akibat tekanan ini, kami menjadi semakin akrab dan menjadi
dua orang sahabat setia yang saling membantu dan berbagi baik didalam
suka maupun duka. Kami jadi semakin sering kerja sampai jauh malam baik
di kantornya Anto, rumahku ataupun rumahnya. Pada saat bekerja, kami
banyak berhubungan dengan internet untuk mendapatkan referensi ataupun
masukkan yang bisa mempercepat proyek ini selesai. Dan biasanya pada
saat pikiran sedang buntu, biasanya kami melakukan refreshing dengan
cara mengunjungi situs-situs porno dan mendownload gambar- gambar
ataupun film-film porno. Dari gambar-gambar dan film-film yang
didownload oleh Anto serta komentar- komentar yang dilontarkan olehnya.
Aku tahu bahwa Anto sangat terobsesi dengan wanita dengan buahdada yang
besar dan montok. Pantas saja sering aku pergoki dia secara
sembunyi-sembunyi sering menatap istriku pada saat kerja di rumahku.
Tapi hal ini tidak membuatku cemburu, karena dia tidak pernah secara
terang-terangan memandangi istriku apalagi menggodanya, lagi pula dia
adalah sahabat baikku saat ini. Waktu terus berjalan dan batas waktu
yang ditentukan semakin dekat sedangkan pekerjaan belum selesai. Hal ini
membuat kami bekerja siang malam tiada henti. Hingga akhirnya Anto
berkata padaku “Rid… Bagaimana kalau
kita berjanji…?” “Janji
bagaimana..?” tanyaku padanya “Kita berjanji akan melakukan syukuran
dengan berlibur bersama dua keluarga menyewa sebuah villa di kawasan
puncak beberapa hari untuk menikmati pemandangan alam dan sarana
rekreasi yang ada di sekitar sana, sehingga bukan hanya kita yang
menjadi sahabat tetapi istri-istri kita dan anak-anak kitapun bisa
menjadi akrab dan bersahabat., bagaimana ?” usulnya padaku. “Ok… Aku
sangat setuju…” sahutku bersemangat. Sejak ada komitment tersebut,
semangat kami menjadi bertambah untuk dapat sesegera mungkin
menyelesaikan proyek ini, sehingga akhirnya proyek tersebut selesai
sebelum deadline yang ditentukan. Kami rayakan keberhasilan ini dengan
acara makan bersama antara keluargaku dan keluarga Anto di rumahku.
Suasana diantara kami cepat terjalin dengan hangat dan akrab. Antara
istriku dan istri Anto cepat sekali akrab, seolah dalam fikiran mereka
sudah tertanam motto sahabat suamiku adalah sahabatku juga, demikian
juga dengan anak-anak kami. Kami berdua mulai menyusun rencana untuk
melaksanakan janji yang pernah diucapkan sebelum proyek itu selesai.
Setelah menemukan waktu yang tepat akhirnya kami berlibur selama 3 hari
dengan menyewa sebuah Villa di kawasan Puncak. Karena waktu yang kami
ambil bertepatan dengan liburan sekolah anak- anak maka kawasan Puncak
ramai dengan wisatawan dan akhirnya kami hanya dapat menemukan sebuah
villa dengan dua kamar tidur yang ada kamar mandinya, satu ruang tamu
dan ruang tengah serta dapur. Keluargaku menempati kamar yang pintunya
menghadap ke ruang tengah, sedangkan keluarga Anto menempati kamar yang
pintunya menghadap ke ruang tamu. Antara ruang tengah dan ruang tamu
yang berbentuk huruf L dihalangi oleh stesel berukiran indah. Kami tiba
di villa tersebut sekitar jam 11 siang. Setelah istirahat dan
beres-beres serta dilanjutkan dengan makan siang, maka sepanjang sisa
hari gunakan untuk jalan- jalan menikmati pemandangan alam dan sejuknya
udara Puncak. Setelah gelap tiba kami semua berkumpul di ruang tengah
sambil menyalakan perapian sambil menciptakan obrolan-obroalan hangat
sedangkan anak-anak asyik bermain game play sation yang kami bawa dari
rumah. Setiap moment yang terjadi selalu aku dan Anto abadikan dengan
kamera digital yang kami bawa. ”Buat kenang-kenangan yang tak terlupakan
tentang persahabatan kita…” katanya sambil tersenyum padaku. Merk dan
type kamera yang kami miliki sama persis, kami membelinya sama-sama pada
saat sedang mengerjakan proyek. Sehingga apabila kedua kamera kami
disandingkan, baik Aku maupun Anto tidak dapat menentukan milik
masing-masing apabila hanya dilihat dari fisiknya saja. Sekitar jam 9
malam, karena siangnya terlalu banyak aktivitas, maka anak-anak
merengek-rengek minta ditemani tidur, maka kami masuk kamar untuk
menemani anak kami masing-masing. Udara dingin puncak, membuat aku dan
istriku saling menghangatkan badan dengan cara berpelukkan yang rapat.
Dan karena suasana tempat tidur yang asing, maka kami tidak dapat segera
tidur. Dan ditambah lagi dengan kondisi kami yang saling berpelukkan
erat membuat berahi kami perlahan-lahan bangkit dan akhirnya kami saling
cium, saling belai dan saling memberi rangsangan pasangannya
masing-masing Badanku sudah mulai menghangat karena dorongan nafsu yang
sudah menguasai diri hal ini ditandai dengan mengerasnya batang penisku
dibalik celana panjang yang kukenakan Demikian pula dengan itriku,
nafasnya sudah mulai memburu dan dari cd- nya kurasakan sudah mulai
basah. Dan pantatnya sudah mulai tidak bisa diam terus bergoyang-goyang
tak teratur. Tapi tak mungkin kami melanjutkan persetubuhan di tempat
tidur yang sedang ditiduri oleh dua orang anak kami. Aku berfikir keras
untuk menyalurkan berahi yang semakin tak terkendali. Lalu kubisikan
pada istriku ”Mah… kita main di ruang tengah aja.. Mudah-mudahan Anto
dan istrinya sudah tidur..?” ”Ayo…Pah… Mamah sudah nggak
tahan
nich….., tapi survey dulu… apakah Mas Anto dan istrinya sudah tidur..”
jawab istriku dengan nafas yang ngos-ngosan seperti yang sedang menahan
sesuatu. Akupun keluar kamar, lalu menghampiri ruang tamu dan diam
sebentar di depan pintu kamar Anto. Setalah yakin aku tidak mendengar
suara orang yang masih terjaga lalu aku kedapur siapa tahu Anto atau
istrinya ada di sana. Setelah yakin mereka semua telah tidur, aku
kembali ke kamarku dan memberi kode pada istriku bahwa suasana aman dan
terkendali. Lalu istrikupun dengan berjingkat-jingkat
meninggalkan
kamar menuju ruang tengah dimana aku sudah menunggunya di atas karpet di
depan perapian dengan tak sabar dan nafas yang memburu didorong nafsu
yang menggebu. Begitu tiba didekatku, istriku langsung menerkamku dan
melumat habis bibirku dengan nafsu yang mengebu-gebu. Lidahnya dengan
lincah mengkait-kait dirongga mulutku dan saling bersilat lidah dalam
arti yang sebenarnya. Kemesraan ini demikian panas dan menggairahkan
bagaikan sepasang pengantin yang mengalami malam pertama.. Aku sendiri
heran, mengapa gairahku begitu tinggi saat itu demikian juga istriku.
Apakah karena kami berada dalam suasana yang baru ditambah dengan udara
dingin daerah puncak yang romantis, sehingga menimbulkan nuansa yang
dapat memacu berahi sedemikian tinggi. Kami saling bergulingan di atas
karpet yang tebal disertai dengan erangan dan desahan penuh gairah yang
keluar tanpa kami sadari. ”Ooohh Pah..pah … sayang… ohhhh..” desah
istriku disela- sela ciumanku di bibir, dan leher disertai dengan
remasan-remasan gemas pada buahdadanya yang besar, montok dan kenyal.
Aku mulai membuka kancing baju istriku satu persatu hingga lepas
semuanya dan kulepaskan dari tubuhnya dan kancing BH-nyapun sekalian
kulepas dan kubuka sehingga buah dada istriku yang sangat kubanggakan
ini terpampang indah di depan mataku. Dengan tidak membuang waktu tangan
kananku langsung meremas gemas penuh nafsu buah dada indah sebelah kiri
milik istriku ini dan terkadang kupelintir puting susunya hingga mebuat
istriku melenguh dan mendengus seperti kerbau yang mau disembelih.
”Hhek…hek…sshhh…” lenguh istriku.. Mulutkupun tidak tinggal diam,
kusosor seluruh permukaan buahdada indah bagian kanan dan akhirnya
bibirku menghisap kuat puting istriku dengan kuat, memilinnya dengan
bibirku dan kujilat-jilat sehingga istriku mendapat tambahan kenikmatan
yang bertubi- tubi.. ”ouhh…Pah…ouhh pah…enak….. terussssss…..” erang
istriku. Lalu dengan ganasnya istriku membalikkan tubuhku sehingga ia
berada diatas tubuhku dan dengan terburu-buru dia membuka bajuku dan
celana panjangku serta cd-ku sekalian sehingga aku dibuat telanjang
bulat oleh istriku sedangkan ia masih mengenakan rok panjang dan cd.
Mulut istriku langsung menciumi seluruh permukaan dada dan perutku juga
terkadang ia menghisap dan memilin puting susuku dengan mesra sementara
tangan kanannya meremas-remas penisku yang sudah sangat tegang dan keras
membuat diriku melayang tinggi ke langit yang tanpa batas… ”Oohh…ouhh….
Mamah…..mamah ouh….nikmat banget….ouhh…” erangku tanpa dapat kutahan
keluar dari mulutku. Berulang-ulang aku melenguh dan mengerang diberi
kenikmatan oleh istriku yang kucintai ini… Oohh istriku memang hebat
dalam memberikan pelayanan sex yang maksimum terhadap suaminya… diriku
terus melayang dan melayang. Lalu mulut istriku bergeser ke
selengkanganku untuk melakukan pekerjaan yang sangat disukainya, yaitu
memberikan kenikmatan penuh sensasi pada penisku dengan mulutnya. Dia
memang sangat expert dalam hal ini. Permainan mulut dan lidah didalam
mengolah penisku selalu membuatku melayang- layang tinggi… ”Ouuhhhh
mmamah …sayang…. ouhh yang….” eranganku semakin keras. Rupanya nafsu
istrikupun sudah sangat tinggi…Dia langsung berdiri dengan tergesa-gesak
dan membuka rok dan cd-nya sekaligus dan langsung jongkok mengarahkan
liang vaginanya yang sudah sangat basah ke arah penisku kemudian dia
meraih penisku untuk dimasukkan ke liang kenikmatannya, tanpa memberikan
kesempatan padaku untuk mempermainan vaginanya dengan bibir dan lidahku
seperti yang biasa aku lakukan sebelum melakukan persetubuhan yang
sesungguhnya. Blesss….penisku secara perlahan masuk ke liang vagina
istriku hingga amblas seampai ke pangkalnya karena dorongan pantat
istriku yang bahenol. ”Ouhhh……” erangku dan istriku secara bersamaan dan
mata istriku terpejam menikmati penisku didalam vaginanya. Kedua tangan
istriku bertumpu pada dadaku, kemudian mulai dia mengerakan pantatnya
keatas- kebawah, kedepan-kebelakang, kadang ke kiri dan ke kanan
diakhiri dengan putaran- putaran yang seolah-olah ingin memelintir
penisku yang berada didalam vaginanya. Buahdadanya yang montok
terguncang-guncang akibat gerakannya yang lincah menyajikan sebuah
pemandangan yang sangat indah. Hal tersebut secara periodik terus
dilakukannya secara berulang-ulang Diriku semakin melayang- layang.. ..
Gerakan istriku semakin cepat dan mulutnya mulai tidak bisa diam diisi
dengan suara erangan dan desahan yang semakin keras. Hingga akhirnya
gerakan istriku semakin cepat dan sudah tidak beraturan lagi hentakan-
hentakannya …sehingga buahdada indah istrikupun semakin
terguncang-guncang dengan seksinya memberikan tambahan kepuasan batin
bagi diriku. Dan akhirnya tubuh istriku melenting ke belakang dengan
tubuh yang kaku dan kedua tangannya menarik kedua tanganku kuat-kuat
sambil menjerit..”Aaahhhh……!!” Pantatnya menekan keras selangkanganku
dan kurasakan liang vaginanya berkontraksi dengan hebat memijit dan
menghisap-hisap penisku dan diakhiri dengan kedutan- kedutan seolah ada
cairan menyirami kepala penisku yang
berada didalam vaginanya.
Selama beberapa detik dia terdiam dalam posisi seperti itu dan akhirnya
melemas sehingga membuat ambruk terhempas di atas tubuhku. Istriku baru
saja mengalami suatu orgasme yang sangat hebat, aku bangga dan bahagia
serta sangat puas menyaksikan pemandangan yang sangat erotik ini.
Walaupun aku belum mengalami orgasme. Aku diam saja memberi waktu pada
istriku untuk menikmati sisa- sisa kenikmatan yang masih dia rasakan
selema beberapa menit. Tak lama kemudian istriku membuka matanya dan
memandang padaku dengan rasa penuh cinta serta berkata..”Fuihhh…. enak
banget…Pah…, tapi Papah belum keluar yach..?” sambil mencium pipiku
dengan mesra. Istriku bangun dari tubuhku dan meraih cd-nya yang
tergeletak disamping tubuhnya kemudian dia mengelap vaginanya dari
cairan kenikmatan yang keluar dari vagina sambil berkomentar…”Wuihh…
banyak banet Pah keluarnya…” sambil mencium cd-nya yang basah oleh
cairan dirinya, kemudian dia arahkan cd-nya yang basah itu ke penisku
dan mengelap penisku hingga bersih, kemudian dia mencium lembut kepala
penisku sambil berkata pada penisku ”terima kasih sayang…kamu hebat
dech…” dan mengecupnya kembali dan sambungnya pada penisku ”Kamu belum
yach..? nanti yach aku berikan yang spesial untukmu agar kamu bisa
menyemprot milikku hingga membuatku melambung tinggi dan basah kuyup…”
Katanya mengajak ngobrol penisku, kemudian dia mengecup lagi penisku
dengan mesra. Namun kali ini bukan hanya sekedar mengecup, tapi
dilanjutkan dengan mengulum dan mempermainkan lidahnya dikepala penisku
dan menghisap-hisap penisku dengan gemas membuat aku melayang kembali
didera kenikmatan yang diberikan oleh istriku. Tidak lama dia
mempermainkan penisku, kemudian berbaring disisiku serta berkata
”Ayo..Pah… diatas..” sambil menarik badanku agar berada diatastubuhnya.
Walaupun aku sudah sangat bernafsu dan ingin menuntaskan berahiku ini,
tapi aku ingin memberikan kenikmatan yang lebih pada istriku. Aku tidak
langsung mengarahkan penisku pada liang vaginanya, tapi kepalaku
langsung mengarah ke selangkangan yang sudah basah oleh cairan
kewanitaan bercampur keringat. Kuciumi seluruh permukaan paha istri yang
kira dan kanan sampai akhirnya lidahku mengarah ke lipatan vaginanya
yang masih terlihat rapat dari bawah ke atas berulang, lalu kusibakkan
lipatan bibir vagina itu lalu kujulurkan lidahku mulai dari liang vagina
hingga ke klentitnya demikian berulang-
ulang membuat istriku
mengerang kembali dengan pantat bahenol yang tidak bisa diam
”Enggh….engh…ouh… enak… Pah…. makasih…maksih…ouh… ouh…” erangnya.
Lidahku merasakan campuran asin dan manis oleh cairan vagina dan
keringatnya serta hidungku mencium aroma khas vagina, tapi aku tak
peduli… justru semakin menambah gairah dan kepuasan pada diriku dapat
memberikan kepuasan yang optimal pada istriku tercinta ini…. Gerakan
pantat istriku semakin cepat dan menekan- nekan wajahku sedangkan kedua
kakinya yang berada diatas pundakku dan kedua tangannya menekan-nekan
kepalaku dari belakang dengan gerakan yang tak terkendali dan kembali
tubuhnya melenting dan menjerit… ”Aaahhh…….”. dan lidahku yang terjulur
berada dalam liang vaginanya merasakan kedutan- kedutan dari dinding
vagina istriku dan ada cairan yang merembes dari dalam vagina melamuri
lidahku dengan rasa yang asin gurih…. Kembali tubuhnya terhempas lemas
di atas karpet sehingga tekanan di kepala melemah dan hilang… Aku
kemudian menungging menghadap wajahnya dan kuperhatikan istriku sangat
puas dan matanya masih terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme
yang kedua kalinya. Aku mencium lembut pipi dan bibirnya. Kemudian
istriku membuka mata dan memandangku seraya berkata..”makasih pah…Papah
benar-benar the best thing which I have.” katanya. Lalu kubisikan
padanya ”Masih bisa dilanjut..?” tanyaku ”Tentu sayang… aku juga masih
pingin menaiki babak penentuan yang paling kutunggu-tungu…” sambil
tersenyum manis. Kemudian dia membuka lebar- lebar pahanya dan
kuposisikan kedua kakiku dibawah paha istriku dan kuarahkan penisku
tepat di depan liang vagina istriku.. Blesss… kembali penisku menyelam
didalam liang kenikmatan istriku yang masih tetap sempit walaupun telah
basah oleh cairan kenikmatannya. Kutekan pantatku hingga penisku amblas
hingga ke pangkalnya. Teng…. anganku kembali melayang merakan nikmatnya
penisku yang digenggam erat oleh vagina istriku. Kemudian secara
perlahan-lahan pantatku mulai bergerak maju mundur agar penisku dapat
mengocok dan mengaduk- ngaduk liang istriku yang sangat nikmat ini…
terus dan terus tanpa henti dan mengenal lelah.. Gerakanku semakin cepat
seiring dengan kenikmatan yang kuperolehpun semakin membuat aku
melayang-layang akibat gesekan ini. Pinggul istriku turut membantu
bergerak keatas- kebawah… kekiri-kekanan…dan diputar-putar sehingga
seluruh tubuhnya bergetar dengan seksi terutama buah dadanya yang
terampul-ampul menyajikan pemandangan yang sangat erotis disertai dengan
erangan dan dengusan nafas. ”Ouhh… makasih Pah…..Ouh… hek… hek….”
mulutnya kembali meracau Tanganku tak kubiarkan mengangur aku arahkan ke
kedua buah dada istriku yang menggairahkan ini dan kermeas
serta
kupilin putingnya membuat erangan dan dengusan napasnya semakin
menggila.. Akupun merasakan bahwa akan segera menuju puncak sehingga
gerakan pantatku semakin cepat dan sudah mulai tak teratur. Penisku
mulai menekan-nekan keras vagiana istriku dan lenguhakupun sudah mulai
keluar tak terkendali.. ”Ohh..hoh…hek..hek..” Dengusku
meraih puncak ”Ouh..ouh..aouw…ouw…
sssettttt…” jerit istriku Dan akhirnya penisku menekan dalam-dalam ke
liang vagina istriku sambil suara kerasku terlontar ” Hooaahhhhh…” Dan
istrikupun menjerit dengan badan melenting..”Aaahh….” Cret..cret…
Semprotan sperma dengan deras keluar dari mulut penisku disambut dengan
kedutan-kedutan keras dinding vagina istriku secara berulang-ulang
selama beberapa detik….. Dan akhirnya perasaan melayang jatuh terhempas
dan akupun ambruk di atas tubuh istriku… Selama beberapa saat kami
terdiam dalam posisi aku menindih istriku dan untuk mengurangi beban
istriku agar bebas menarik napas panjang- panjang aku gulingkan tubuku
disampingnya. Selama beberapa menit kami diam telentang dan kesadaran
kami entah ada dimana. Entah beberapa menit kami hilang kesadaran dalam
posisi seperti itu, sampai akhirnya secara sayup-sayup kudengar seperti
ada orang yang mengerang dan mendesah. Aku segera mengumpulkan seluruh
kesadaran yang ada dan mulai berkonsentrasi terhadap suara itu. Makin
lama suara erangan dan lenguhan serta terkadang disertai dengan
teriakan- teriakan pendek semakin jelas terdengar. Aku segera mengenakan
pakaianku dan kulihat istriku tertidur nyenyak kelelahan segera kuambil
selimut yang terlipat di atas kursi dan kuselimuti istriku. Lalu dengan
mengendap-ngendap kudekati asal suara itu yang ternyata berasal dari
ruang tamu. Lalu mataku mengintip dintara lobang-lobang yang terdapat
pada stesel berukir yang menghalangi ruang tengah dan ruang tamu. Disana
kusaksikan sebuah pemandangan adegan panas secara live show yang
dimainkan oleh Anto dan istrinya di sofa yang terdapat di ruang tamu.
Aku malu menyaksikan adegan yang sedang dimainkan oleh sahabatku dan
istrinya. Tapi parasaan malu dan bersalah itu terkalahkan oleh penasaran
dan keinginan yang besar menyaksikan tubuh istri sahabatku yang
biasanya tertutup oleh jilbab lebar dan baju longgar yang panjang yang
secara selintas merupakan tubuh cewe idamanku pada waktu aku bujangan
dulu. Dan pikiran isengku muncul, dengan mengendap-ngendap aku mengambil
camera digital didalam kamar dan kembali mengintip sekaligus merekam
adegan panas yang sedang dimainkan oleh sahabatku dan istrinya. Seluruh
pakaian Anto dan istrinya sudah terlepas dan tergelatak dibawah sofa.
Kulihat saat itu Anto menyandar di Sofa sedang memangku istrinya yang
membelakanginya. Kedua tangan Anto memeluk dari belakang dan telapak
tangan Anto meremas dan memilin puting susu istrinya sementara bibirnya
menciumi dan menjilati leher jenjang istrinya. Kepala istrinya terdongak
ke belakang dengan mata terpejam serta mulut terkatup dan gigi
gemeretuk seperti sedang mengigit sesuatu yang keras serta keluar suara
dari mulut istrinya : ” Euhh…euh… sssetth…seth… euh…euh…” terus menerus
terkadang pelan dan terkadang tanpa disadarinya keluar cukup keras.
Sementara pantat istrinya bergerak dengan cepat keatas dan kebawah
diselingi dengan gerakan kedepan dan kebelakang agar penis suaminya yang
tertanam dalam liang vaginanya dapat mengocok, mengaduk dan menggesek
seluruh rongga dinding vagina miliknya. Kulihat mata Anto terbeliak-
beliak menahan nikmat yang diberikan oleh istrinya dan mulut Anto
menyeringai dan kadang meringis dengan erangan suara dari mulutnya
”Ohh…oohhh…Bu…Bu… terusss. Terus…oohh…” Kedua orang tersebut memang
benar-benar dalam keadaan yang diliputi nafsu dan gairah sehingga
keduanya tak sadar bahwa mereka sedang kurekam. Sungguh adegan
persetubuhan ini menyajikan pemandangan yang sangat menggiurkan dan
membangkitkan berahi. Betapa mengairahkannya tubuh istri sahabatku
dengan kulit yang putih halus, buah dada yang tidak terlalu besar tapi
sekal dan indah serta sangat mengairahkan seleraku, pinggang ramping dan
paha mulus. Oohhhh betapa indahnya tubuh istri sahabatku ini. Baru kali
ini aku dapat melihatnya dalam keadaan telanjang dan gerakan-gerakan
yang menggairahkan, biasanya yang kulihat adalah sebuah tubuh yang
tertutup rapat dan tutur kata yang halus terjaga. Tetapi saat ini
semuanya hilang, yang kulihat adalah gerakan-gerakan seorang wanita yang
benar-benar sedang menikmati sex dan mengolah tubuh untuk memberikan
kepuasan pada suaminya. Kulihat pula bagaimana vagina istri sahabatku
terkempot- kempot menerima dorongan dan gesekan penis suaminya dalam
posisi duduk. Gerakan pantat istri temanku ini sudah tidak teratur lagi,
goyangan pinggulnya semakin menggila dan mulutnya sudah mulai meracau
tak jelas ”Ouh… Yah… ouhks… Yah… .eemhhsss oh…”, kepalanya semakin
terdongak dengan mulut yang ternganga dan terkadang mengemeretak giginya
menahan deraan nikmat yang datang terus menerus menerpa dirinya
membawanya melayang dan terus melayang. Napasnya ngos-ngosan dan
keringat membasahi sekujur tubuhnya. Sungguh suatu pemandangan yang
sangat erotis dan dapat merangsang siapapun yang melihatnya. Sementara
gerakan Anto semakin cepat dan keras menghentak-hentakkan
pinggulnya
keatas kebawah disertai lenguhan dan dengusan yang semakin keras
”Ohks.. ehks…. ehks… ” dengusan Anto semakin keras dan cepat, membuat
tubuh istrinya terlonjak-lonjak menerima sensasi nikmat yang teramat
sangat. Kedua tangan Anto meremas-remas buah dada istrinya semakin gemas
dan penuh nafsu manjadikan kenikmatan yang diterima istrinya menjadi
semakin menggila. ”Ouh….auwh…auwh…
emh….euh…” racau istri Anto
semakin nyaring Akhirnya mulut istri Anto mulai meracau merengek seperti
mau nangis ”Ayo Yah… ayo yah…ayo…aku nggak tahan pingin disemprot…”
katanya terbata-bata sambil mata terpejam. Tiba-tiba Anto berdiri dan
membalikkan badan dan meminta istrinya menungging dan tangannya bertumpu
pada pegangan sofa. Anto berdiri tanpa mencopot penisnya yang masih
tertanam di vagina istrinya. Kulihat Anto mendorong-dorongkan
pantatnya dengan keras dan cepat kepantat istrinya. Tangan Anto memegang
kedua sisi pinggul istrinya yang seksi dan menggairahkan. Pertemuan
antara selangkangan Anto dan pantat istrinya menambah sensasi nikmat
yang berbeda baik bagi Anto maupun Istrinya sehingga secara bersamaan
merekapun mengeluh nikmat ”Ouh… ouh… oh… ” Tumbukan antara selangkangan
Anto dan pantat istrinya yang telah basah berkeringat menimbulkan suara
yang khas . Plok…plok…plok ditimpali oleh suara erangan dan lenguhan
nikmatdari mereka berdua… ”Ouh… ouh… oh… ” Gerakan Anto mulai cepat-
cepat tak teratur disertai dengan kejang-kejang. Demikian pula pingul
istrinya bergerak-gerak liar sehinga bunyi benturan itu semakin keras.
PLOK…PLOK…PLOK Dan istri Anto mulai meracau dengan suara yang tak
terkendali ”Ayo Yah…ayo yah… ayo… semprot… semprot…… Ibu… mau… keluar…. ”
Dan akhirnya secara bersamaan mereka menjerit dan melenguh keras…
”Aaakhhh….” jerit istrinya… ”Hhhooohhhhh…..” dengus napas Anto yang
dilanjutkan dengan menghisap dalam- dalam leher bagian belakang
istrinya. Tubuh mereka kaku beberapa saat dan kemudian terjadi kontraksi
pada pantat Anto dengan berkedut-kedut beberapa kali. Mereka benar-
benar baru saja mengalami fase orgasme yang sangat hebat dan
sensasional. Pandangan mata mereka seolah gelap lalu…BRUKK… keduanya
terhempas telungkup ke atas sofa. Mereka terdiam selama beberapa menit
tidak bergerak..menikmati sisa-sisa orgasme hebat yang masih terasa.
Lalu Anto mengecup mesra pipi istrinya sambil berkata ”Makasih Bu…., Ibu
benar-benar hebat ” lau mengecup bibir istrinya dengan lembut Istri
Antopun tersenyum puas sambil mengecup bibir suaminya dan berkata
”’Makasih juga Yah…, Malam ini Ayah benar-benar hebat tidak seperti
biasanya. Ibu sangat puas”. Dengan hati-hati.. aku mematikan kamera dan
aku berjinjit meninggal tempat itu, menyimpan camera disaku celanaku dan
berbaring disisi istriku pura-pura tidur. Dan akhirnya aku memang pulas
tertidur. Aku dibangunkan oleh istriku sekitar jam 2 dini hari dan
mengajakku tidur di kamar. Sekitar jam 5 subuh Aku dibangunkan istriku,
walaupun badan masih terasa lemas, kemudian mandi air hangat.
Istri-istri kami yang sudah berpakaian rapih dan cantik sedang di dapur
mempersiapkan sarapan, kemudian kuambil cameraku untuk mengabadikan
kegiatan mereka di dapur.., mengabadikan kelincahan anak-
anak kami. Demikian pula dengan Anto, dia mengabadikan
setiap detil kejadian yang ada disekitarnya. Waktu sarapan tiba dan aku
menyimpan kameraku di meja makan yang terdapat diruang tengah. Tapi
oleh istriku kamera tersebut dipindahkan ke bufet yang ada dipinggir
ruangan tengah dan istri Antopun menyimpan kamera suaminya dibufet yang
sama. Kemudian mereka menyiapkan sarapan di meja makan tersebut, dan
kamipun sarapan dengan lahap sambil diisi dengan obrolan hangat sambil
mengomentari tingkah laku anak-anak kami yang lucu-lucu. Setelah
sarapan, kami bersiap jalan-jalan pagi untuk menghirup segarnya udara
puncak. Akupun langsung mengambil kamera yang ada di bufet dan kamipun
jalan-jalan
sambil bercanda ria.. Setelah tiba di suatu tempat
dengan view yang indah, aku mulai mengambil gambar dengan kameraku,
demikian pula Anto. Sedangkan istri-istri kami meneruskan jalan-jalan
mengikuti anak-anak yang berlarian sambil mengobrol akrab. Aku mencari
tempat yang nyaman, dan iseng-iseng aku ingin melihat adegan yang
kurekam tadi malam. Begitu kubuka…Deg.. jantungku berhenti berdetak dan
wajahku pucat pasi, ternyata aku sedang melihat diriku dan istriku
sedang melakukan persetubuhan yang demikian panasnya. Gambar yang
diambil lebih sering difokuskan terhadap roman ekspresi wajah istriku
yang sedang didera kenikmatan serta bagian tubuh indahnya yang lain
terutama bagian buah dadanya yang besar dan montok. Rupanya bukan hanya
aku yang mengabadikan persetubuhan sahabatku dengan istrinya.
Sahabatkupun mengabadikan persetubuhanku dengan istriku. Perasaanku
bercampur aduk tak terlukiskan dan tak kumengerti terhadap sahabatku.
Mau marah dan terhina, tapi akupun melakukan
hal yang sama
terhadapnya. Akhirnya mataku mencari-cari Anto disekitarku . Dan tampak
olehku Anto sedang duduk termangu di bawah pohon dengan wajah bingung
menatap layar kamera, sekilas wajahnya terlihat pucat. Aku mendekatinya
dan dia terlihat gugup, akupun merasakan hal yang sama Dia berdiri dan
kami saling berhadapan serta diam tak berkata, kemudian secara refleks
kami langsung berpelukan serta berbisik…”Maafkan aku sobat….” Akhirnya
kami duduk berdampingan dan Anto mulai bercerita ”Tadi malam, setelah
kita masuk kamar menidurkan anak kita masing-masing. Aku dan istriku
tidak bisa tidur dan akhirnya kami bermesraan disamping anak-anak yang
telah tertidur lelap. Kami bermesraan dengan menahan agar tidak
mengeluarkan suara yang bisa mengganggu tidur mereka. Karena kurang
merasa nyaman dan nikmat, akhirnya kuputuskan untuk bermain di ruang
tengah dekat perapian… Begitu aku keluar kamar aku mendengar suara
desahan dan erangan dari ruang tengah. Aku mengendap pelan mendekati
arah suara itu. Dari balik stesel kusaksikan kamu sedang bermesraan
dengan istrimu. Akhirnya timbul iseng dari dalam hatiku, kuambil kamera
dan kuabadikan semua gambar seperti yang lihat di kamera itu… Maafkan
aku Rid… Aku tak bermaksud melecehkanmu… sungguh maafkan aku” katanya
memelas. Dengan perasaan tak menentu kudengarkan cerita Anto, tak ada
perasaan marah di hatiku padanya karena akupun melakukan hal yang sama
terhadapnya. Dan kronologis kejadiannyapun mirip dengan yang kulakukan.
Dan Aku hanya menjawab ”Maafkan aku juga kawan, akupun tidak bermaksud
menghina ataupun melecehkanmu… ” Lalu lanjutku : ” Barangkali ini hanya
membuktikan pada kita berdua bahwa kita memang dua orang sahabat yang
sehati… soul mate.. kayaknya mah…” sambil tersenyum, dan akhirnya
kamipun kembali berpelukan akrab tidak ada perasaan marah apalagi benci.
”Eh..To….Apakah istrimu melihat apa yang aku dan istriku lakukan tadi
malam ?” tanyaku pada Anto. ”Tentu saja..,
IBU PACARKU DAN TANTE NYA
[+] Like dulu baru baca [+]
Namaku Donny, umur 18 tahun, wajahku cukup tampan dan tubuh atletis
karena aku memang suka olah raga, tinggi 175 cm. Aku dilahirkan dari
keluarga yang mampu. Tapi Aku merasa kesepian karena kakak perempuanku
kuliah di Amsterdam, sedang kedua orang tuaku menetap di Bali mengurusi
perusahaannya di bidang garment, mereka pulang sebulan sekali. Saat ini
aku kelas II SMU swasta di kota Surabaya. Perkenalanku dengan pacarku,
Shinta setahun yang lalu. Di sekolah kami, dia memang kembangnya kelas
II IPS, banyak cowok yang naksir padanya tapi dengan sedikit kelebihanku
dalam merayu cewek, maka aku berhasil menggaetnya. Sebenarnya dia
termasuk type cewek yang pendiam dan tongkrongannya biasanya di
perpustakaan, karena itu dia sering dapat rangking kelas. Keluarga
Shinta termasuk keluarga yang kaya. Ayahnya, Pak Har berumur 54 tahun
masuk jajaran anggota DPRD sedang ibunya, Bu Har yang nama aslinya
Mustika berumur 38 tahun, orangnya cantik, tingginya sekitar 164 cm,
kulitnya putih, dia asli Menado, rambutnya sebahu, orangnya ramah dan
berwibawa. Kesibukannya hanya di rumah, ditemani oleh tantenya Shinta
yaitu Tante Merry, berumur 30 tahun, orangnya seksi sekali seperti
penyanyi dangdut Baby Ayu, tingginya 166 cm. Dia baru menikah 3 tahun
yang lalu dan belum mempunyai anak, sedang suaminya Om Nanto adalah
pelaut yang pulang hampir 3 bulan sekali. Dalam masa pacaran boleh
dibilang aku kurang pemberani karena memang Shinta orangnya selalu
memegang prinsip untuk menjaga kehormatan karena dia anak tunggal. Dia
hanya mengijinkan aku untuk mencium pipi saja, itu juga kalau malam
minggu. Sebenarnya aku bukanlah orang
yang alim, karena kawan- kawanku Andi, Dito dan Roy terkenal gank-nya Playboy dan
suka booking cewek, maka sebagai pelampiasanku karena pacarku orangnya
alim aku sering mencari kesenangan di luar bersama teman-temanku,
rata-rata dari kami adalah anak orang gedean, jadi uang bagi kami
bukanlah soal, yang penting happy. Suatu hari, tepatnya minggu sore kami
berempat pergi ke Tretes dan rencananya akan menyewa hotel dan booking
cewek. Sesampainya di sebuah hotel, kami segera ke receptionis, kami
segera memesan 2 kamar, saat itu aku hanya duduk di ruang tunggu dan
mengawasi Dito dan Andi yang sedang memesan kamar. Tiba-tiba pandanganku
jatuh pada perempuan setengah baya
yang berkacamata hitam di
sebelah Dito yang sepertinya lebih dulu mau memesan kamar. Aku seperti
tak percaya, dia ternyata Tante Tika (Mustika) ibunya Shinta dan yang
bersamanya seorang pemuda yang aku sendiri tidak kenal. Mereka kelihatan
mesra sekali karena tangan pemuda itu tak mau lepas dari pinggang Tante
Tika. Timbul niatku untuk menyelidiki apa sebenarnya tujuan Tante Tika
datang ke hotel ini. Setelah mendapat kunci, mereka kemudian melangkah
pergi untuk menuju kamar yang dipesan. Lalu aku menguntitnya diam-diam,
pada Roy aku pamit mau ke Toilet. Ternyata mereka menuju ke kamar Melati
no.3 yaitu salah satu kamar VIP yang dipunyai oleh Hotel itu. Kemudian
aku balik lagi ke teman-temanku, akhirnya mereka mendapat kamar Mawar
no.6 dan 7 kebetulan lokasinya saling membelakangi dengan Kamar Melati,
dan dipisahkan oleh parkiran mobil. Tak lama kemudian, Roy dan Dito
pergi mencari cewek. Sambil menunggu mereka, aku iseng-iseng pergi ke
belakang kamar. Saat itu jam 18:00 sore hari mulai gelap. Kebetulan
sekali di Kamar Melati pada dinding belakang ada ventilasi udara yang
agak rendah. Dengan memanjat mobil Roy, aku bisa melihat apa yang
terjadi di dalam kamar itu. Ternyata Ibu pacarku yang di rumah kelihatan
alim dan berwibawa tak disangka selingkuh dengan pria lain yang umurnya
jauh lebih muda darinya. Keduanya dalam keadaan telanjang bulat, posisi
Tante Tika sedang menaiki pemuda itu sambil duduk, kemaluan Tante Tika
terlihat tertusuk oleh batang kejantanan pemuda yang sedang terlentang
itu. Aku jadi ikut horny melihat dua sosok tubuh yang sedang bersetubuh
itu. Wajah Tante Tika kelihatan merah dan dipenuhi keringat yang
membasahi kulitnya. Nafasnya terengah-engah sambil menjerit-jerit kecil.
Tiba-tiba gerakannya dipercepat, dia berpegangan ke belakang lalu dia
menjerit panjang, kelihatannya dia mendapat orgasmenya lalu badannya
ambruk menjatuhi tubuh pemuda itu. Kelihatannya pemuda itu belum puas
lalu mereka ganti posisi. Tante Tika berbaring di ranjang, kakinya di
buka lebar lututnya dilipat, dengan penuh nafsu pemuda itu menjilati
liang kewanitaan Tante Tika yang sudah basah penuh dengan cairan
maninya. Ibu pacarku itu mengerang- erang manja. Setelah puas dengan
permainan lidahnya, pemuda itu kembali mengarahkan batang kejantanannya
ke bibir kemaluan Tante Tika lalu dengan mudah, "Blueess.." Kejantanan
pemuda itu sudah amblas seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Tante Tika.
Aku melihatnya semakin bernafsu sambil mengocok kemaluanku sendiri, aku
antusias sekali untuk menikmati permainan mereka. Pemuda itu terus
memompa batang kejantanannya keluar masuk lubang kemaluan Tante Tika
sambil tangannya meremas-remas payudara perempuan itu yang berukuran
lumayan besar, 36B. Pinggulnya bergoyang-goyang mengimbangi gerakan
pemuda itu. Sekitar 6 menit kemudian pemuda itu mengejang, ditekannya
dalam-dalam pantatnya sambil melenguh dia
keluar lebih dulu, sedang
Tante Tika terus menggoyangkan pinggulnya. Tak lama kemudian dijepitnya
tubuh pemuda itu dengan kakinya sambil tangannya mencengkeram punggung
pemuda itu. Kelihatannya dia mendapat orgasme lagi bersamaan dengan
muncratnya mani dari kemaluannya. Lalu kusudahi acaraku mengintip Tante
Tika, Ibu pacarku yang penuh wibawa dan aku sangat mengagumi
kecantikannya ternyata seorang Hiperseks. Ada catatan tersendiri dalam
hatiku. Aku sudah melihatnya telanjang bulat, hal itu membuat
terbayang-bayang terus saat dia merintih-rintih membuatku sangat
bernafsu hingga timbul keinginan untuk dapat menikmati tubuhnya. Paling
tidak aku sekarang punya kartu truf rahasianya. Acaraku dengan
teman-teman berjalan lancar bahkan saat menyetubuhi cewek yang bernama
Ani dan Ivone justru aku membayangkan sedang menyetubuhi Tante Tika
hingga aku cepat sekali keluar. Aku hanya melakukan sekali pada Ani dan
dua kali pada Ivone, sedang teman-temanku melakukan sampai pagi tak
terhitung sudah berapa kali mereka mendapat orgasme. Aku sendiri jadi
malas untuk bersetubuh dengan mereka karena saat ini aku malah
terbayang-bayang dengan keindahan tubuh Tante Tika. Jam 10 malam setelah
berpakaian, aku keluar dari kamar. Kubiarkan ketiga temanku mengerubuti
kedua cewek itu. Kunyalakan rokok dan duduk di teras kamar, rasanya
udara di Tretes sangat dingin. Kembali kutengok kamar melati no.3 dari
ventilasi, kelihatan lampunya masih menyala berarti mereka belum pulang,
lalu kuintip lagi dari jendela ternyata mereka sedang tidur saling
berpelukan. Tiba-tiba aku ingat Tante Tika selalu bawa HP, aku sendiri
juga kebetulan bawa tapi aku ragu apakah HP-nya diaktifkan tapi akan
kucoba saja. Begitu ketemu nomernya lalu kutekan dial dan terdengar nada
panggil di dalam kamar itu. Tante Tika terbangun lalu buru-buru
mengangkat HP-nya, dia sempat melihat nomer yang masuk. "Haloo.. ini
Donny yaa, ada apa Doon..?" kata Tante Tika dari dalam kamar.
"Tante sedang di mana..?" tanyaku.
"Lhoo.. apa kamu nggak tanya Shinta, hari ini aku kan nginap di rumah
neneknya Shinta di Blitar, neneknya kan lagi sakit.." kata Tante Tika
beralasan.
"Sakit apa Tan.." tanyak berlagak pilon.
Dia diam
sejenak, "Ah nggak cuman jantungnya kambuh.. tapi sudah baikan kok,
besok juga saya pulang," katanya pintar bersandiwara.
"Memangnya kamu, ada perlu apa..?" tanya Tante Tika.
"Maaf Tante.. tapi.. Tante jangan marah yaa..!"
"Sudah katakan saja aku capek nih.. kalau mau ngomong, ngomong saja..
aku janji nggak akan marah," kata Tante Tika. "Tante capek habis
ngapain..?"
tanyaku.
"E..e.. anuu tadi mijitin Neneknya Shinta.." katanya gugup.
"Bener Tante..? masak orang sakit jantung kok dipijitin, bukannya mijitin yang lain..?" kataku mulai berani.
"Kamu kok nggak percaya sih.. apa sih maksudmu..?"
"Sekali lagi maaf Tante, sebenarnya saya sudah tahu semuanya..?"
"T..tahu apa kamu?" dia mulai gelagapan.
"Bukannya Tante sekarang berada di Tretes di Hotel **** (edited) di
kamar melati no.3 bersama orang yang bukan suami Tante," kataku.
"D..Doon, kamu dimanaa?" katanya bingung.
"Temui saya di belakang kamar tante, di dalam mobil Civiv Putih
sekarang.. kita bisa pecahkan masalah ini tanpa ada orang yang tahu,"
kataku menantang.
"B..b.baik, saya segera ke sana.. tunggu lima
menit lagi," katanya lemah. Tak lama kemudian Tante Tika datang dengan
hanya memakai piyama masuk ke mobil Roy.
"Malem Tante," sapaku ramah.
"Doon tolong yaa, kamu jangan buka rahasia ini.." katanya memohon.
"Jangan khawatir Tante kalau sama saya pasti aman, tapii.." aku bingung mau meneruskan.
Aku terus membayangkan tubuh seksi Tante Tika dalam keadaan telanjang bulat sedang merintih-rintih nikmat.
"Tapi.. apa Doon..?, ngoomong doong cepetan, jangan buat aku
tengsin di sini.. tolong deh jaga nama baik Tante.. Tante baru dua kali
begini kook.. itu jugaa.. Tante udah nggak tahaan lagii, bener lhoo
kamu mau tutup mulut.." katanya merajuk.
"Tunggu duluu.. emang sama Om, Tante nggak Puas..?" tanyaku.
"Sebenarnya siih, Mas Har itu udah menuhin kewajibannya.. cuman
sekarang dia kan udah agak tua jadinya yaahh, kamu tahu sendiri kan
gimana tenaganya kalau orang sudah tua.. makanya kamu harus maklum,
kalau kebutuhan yang satu itu belum terpuaskan bisa
gila sendiri
aku.. kamu kan udah dewasa masalah kayak gitu harusnya udah paham,
paling tidak kamu sudah tahu alasannya.. sekarang tolong Tante yaah,
jaga rahasia Tante.. please!!" katanya mengiba. "Baik Tante, saya akan
jaga rahasia ini, tapi tergantung.."
"Tergantung apa..?
"tergantung.. imbalannya.. trus yang buat tutup mulut apa dong, masak mulut saya dibiarin terbuka..?"
"Kamu minta uang berapa juta besok saya kasih," balas Tante Tika agak sombong.
"Papa saya masih bisa kok ngasih uang berapapun, Emangnya uang bisa
untuk tutup mulut, lihat Tante," sambil aku keluarin uang 100 ribuan
lalu kutaruh di mulutku, kemudian uang itu jatuh ke lantai mobil.
"Tuhh, jatuhkan uangnya." kataku sambil ketawa kecil.
"Hihi..hi, kamu bisa apa aja becanda, terus kamu minta apa..?" tanya Tante Tika.
"Hubungan pacaran saya sama Shinta kan udah lama tapi Dia cuman ngasih
ciuman di pipi saja, yang lainnya nggak boleh sama mamanya, sebenarnya
saya pengin ngerasain yang lainnya.." kataku. "Gila kamu, anakku kan
masih perawan, harus bisa jaga diri dong..!"
"Saya kan laki-laki
dewasa Tante, pasti juga kepingin ngerasain gituan, gimana kalau selain
ciuman dari Shinta saya belajarnya sama Tante Tika.. saja," tanyaku
nakal.
"Wah kamu semakin kurang ajar saja, mulai besok kamu nggak boleh pacaran lagi sama anakku," ancamnya serius.
"Memangnya Tante pengin lihat berita di koran, Isteri anggota DPRD Jatim berselingkuh dengan gigolo," aku balik mengancam.
"Ett.. jangan dong, kamu kok gitu sih, aku cuman bercanda kok, kamu
boleh kok ngelanjutin hubungan kamu dengan Shinta, terus kalau mau
diajarin gituan.. ee.. Tante nggak keberatan kok, sekarang juga boleh," katanya, akhirnya dia mengalah.
"Tante mau ML sama saya sekarang..?" tanyaku nggak percaya.
"Udahlah, ayo ke kamar Tante tapi.. biar pemuda itu kusuruh pulang
dulu," katanya sambil melangkah pergi menuju kamarnya. Malam itu kulihat
arlojiku sudah menunjukkan jam 23:00 WIB. Kulihat seorang pemuda keluar
dari kamar Tante Tika, aku segera masuk ke dalam kamar itu. Kulihat
Tante Tika sedang duduk di meja rias sambil menyisir rambutnya menghadap
ke cermin.
"Nggak usah berdandan Tante, udah cantik kok.." kataku memuji kecantikannya.
"Emang Tante masih cantik..?" tanyanya.
"Buat apa saya bohong, sudah lama saya mengagumi kecantikan Tante, juga tubuh Tante yang masih seksi," jawabku.
"Benarkah kamu mengagumi Tante..?"
"Malah saya sering ngebayangin gimana yahh rasanya ngentot sama Tante Tika, pasti enak." kataku merayunya.
"Ya udah nggak usah dibayangin, orangnya udah ada di depan kamu kok,
siap melayani kamu," katanya sambil berdiri dan berjalan ke arahku. Lalu
dengan kasar dibukanya reitsleting celanaku dan dilepasnya celanaku ke
bawah juga celana dalamku hingga sampai lutut. "Waawww.. besar sekali
punya kamu Don?" serunya, lalu secepat kilat tangannya menggenggam
kemaluanku yang ukuran panjangnya 15 cm tapi diameternya kira-kira 3,7
cm kemudian mengelus-elusnya dengan penuh nafsu. Akupun semakin
bernafsu, piyamanya kutarik ke bawah dan woowww.., kedua buah dada itu
membuat mataku benar-benar jelalatan. "Mm.. kamu sudah mulai pintar,
Don. Tante mau kamu.." belum lagi kalimat Tante Tika habis aku sudah
mengarahkan mulutku ke puncak bukit kembarnya dan, "Crupp.." sedotanku
langsung terdengar begitu bibirku mendarat di permukaan puting susunya.
"Aahh.. Donny, oohh.. sedoot teruus aahh.." tangannya semakin
mengeraskan genggamannya pada batang kejantananku, celanaku sejak tadi
dipelorotnya ke bawah. Sesekali kulirik ke atas sambil terus menikmati
puting susunya satu persatu. Tante Tika tampak tenang sambil tersenyum
melihat tingkahku yang seperti monyet kecil menetek pada induknya. Jelas
Tante Tika sudah berpengalaman sekali. Batang kejantananku tak lagi
hanya diremasnya, ia mulai mengocok-ngocoknya. Sebelah lagi tangannya
menekan-nekan kepalaku ke arah dadanya. "Buka bajumu dulu, Don.." ia
menarik baju kaos yang kukenakan, aku melepas sedotanku pada puting buah
dadanya, lalu celanaku dilepaskannya. Ia sejenak berdiri dan melepas
piyamanya, kini aku dapat melihat tubuh Tante Tika yang bahenol itu
dengan jelas. Buah dada besar itu tegak menantang. Dan bukit diantara
kedua pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu-bulu halus
tampak merambat keluar dari arah selangkangannya. Dengan agresif
tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik sampai lepas. Tante Tika
langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Aku langsung menindihnya,
dadaku menempel pada kedua buah payudaranya, kelembutan buah dada yang
dulunya hanya ada dalam khayalanku sekarang menempel ketat di dadaku.
Bibir kamipun kini bertemu, Tante Tika menyedot lidahku dengan lembut.
"Uhh.." nikmatnya, tanganku menyusup diantara dada kami, meraba- raba
dan meremas kedua belahan susunya yang besar itu. "Hmm.. oohh.. Tante..
aahh.." kegelian bercampur nikmat saat Tante Tika memadukan kecupannya
di leherku sambil menggesekkan
selangkangannya yang basah itu pada
batang kejantananku. Bibirku merayap ke arah dadanya, bertumpu pada
tangan yang kutekuk sambil berusaha meraih susunya dengan bibirku.
Lidahku mulai bekerja liar menjelajahi bukit kenyal itu senti demi
senti. "Hmm.. pintar kamu Doon.. oohh.." Desahan Tante Tika mulai
terdengar, meski serak- serak tertahan nikmatnya jilatanku pada
putingnya yang lancip. "Sekarang kamu ke bawah lagi sayang.." Aku yang
sudah terbawa nafsu berat itu menurut saja, lidahku merambat cepat ke
arah pahanya, Tante Tika membukanya lebar dan semerbak aroma
selangkangannya semakin mengundang birahiku, aku jadi semakin gila.
Kusibak bulu- bulu halus dan lebat yang menutupi daerah kewanitaannya.
Uhh, liang kewanitaan itu tampak sudah becek dan sepertinya berdenyut.
Aku ingat apa yang harus kulakukan, lidahku menjulur lalu menjilati
liang kewanitaan Tante Tika. "Ooohh, yaahh.. enaak, Doon, Hebat kamu
Doon.. oohh.." Tante Tika mulai menjerit kecil merasakan sedotanku pada
klitorisnya. Sekitar lima menit lebih aku bermain di daerah itu sampai
kurasakan tiba-tiba ia menjepit kepalaku dengan keras diantara pangkal
pahanya, aku hampir-hampir tak dapat bernafas. "Aahh.. Tante nggak kuaat
aahh, Doon.." teriaknya panjang seiring tubuhnya yang menegang,
tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya yang sejak tadi bergoyang-
goyang, dari liang kewanitaannya mengucur cairan kental yang langsung
bercampur air liur dalam mulutku. "Makasih yaa Don, kamu udah puasin
Tante.. makasih Sayang. Sekarang beri Tante kesempatan bersihin badan
sebentar saja," ia lalu mengecupku dan beranjak ke arah kamar mandi. Aku
tak tahu
harus berbuat apa, senjataku masih tegang dan keras, hanya
sempat mendapat sentuhan tangan Tante Tika. Batinku makin tak sabar
ingin cepat menumpahkan air maniku ke dalam liang kewanitaannya. Ahh,
aku meloncat bangun dan menuju ke kamar mandi. Kulihat Tante Tika sedang
mengguyur tubuhnya di bawah shower. "Tante Tika.. ayoo cepat," teriakku
tak sabar.
"Hmm, kamu sudah nggak sabar ya?" ia mengambil handuk
dan mendekatiku. Tangannya langsung meraih batang kejantananku yang
masih tegang.
"Woowww.. Tante baru sadar kalau kamu punya segede
ini, Doon.. oohhmm.." ia berjongkok di hadapanku. Aku menyandarkan tubuh
di dinding kamar mandi itu dan secepat kilat Tante Tika memasukkan
batang kejantananku ke mulutnya.
"Ouughh.. sstt.. nikmat Tante..
oohh.. oohh.. ahh.." geli bercampur nikmat membuatku seperti melayang.
Baru kali ini punyaku masuk ke dalam alat tubuh perempuan. Ternyata,
ahh.., lezatnya setengah mati. Batang kejantananku tampak semakin
tegang, mulut mungil Tante Tika hampir tak dapat lagi menampungnya.
Sementara tanganku ikut bergerak meremas-remas payudaranya. "Waaouwww..
punya kamu ini lho, Doon.. Tante jadi nafsu lagi nih, yuk kita lanjutin
lagi," tangannya menarikku kembali ke tempat tidur, Tante Tika seperti
melihat sesuatu yang begitu menakjubkan. Perempuan setengah baya itu
langsung merebahkan diri dan membuka kedua pahanya ke arah yang
berlawanan, mataku lagi-lagi melotot ke arah belahan liang
kewanitaannya. Hmm.. kusempatkan menjilatinya semenit lalu dengan cepat
kutindih tubuhnya, kumasukkan batang kejantananku ke dalam lubang
kemaluannya. "Sleepp.." agak susah juga karena kemaluannya lumayan
sempit tapi kemudian amblas juga seluruhnya hingga sampai dasar rahim,
lalu kupompa naik turun. "Hmm.. oohh.." Tante Tika kini mengikuti
gerakanku. Pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan. Liang
kewanitaannya bertambah licin saja. Batang kejantananku kian lama kian
lancar, kupercepat goyanganku hingga terdengar bunyi selangkangannya
yang becek bertemu pangkal pahaku.
"Plak.. plak.. plak.. plak.."
aduh nikmatnya perempuan setengah baya ini. Mataku merem melek
memandangi wajah keibuan Tante Tika yang masih saja mengeluarkan
senyuman. Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang tadinya
santai kini
tak lagi berirama. Buah dadanya tampak bergoyang kesana kemari,
mengundang bibirku beraksi. "Ooohh Sayang, kamu buas sekali. Hmm.. Tante
suka yang begini, oohh.. genjot terus.." katanya menggelinjang hebat.
"Uuuhh.. Tante, nikmat Tante.. hmm Tante cantik sekali oohh.."
"Kamu senang sekali susu tante yah? oohh.. sedoot teruus susu tantee
aahh.. panjang sekali peler kamu.. oohh, Doony.. aahh.." Jeritannya
semakin keras dan panjang, denyutan liang kewanitaannya semakin terasa
menjepit batang kejantananku yang semakin terasa keras dan tegang.
"Doon..?" dengusannya turun naik.
"Kenapa.. Tante.."
"Kamu bener-bener hebat Sayang.. oowww.. uuhh.. Tan.. Tante.. mau
keluar hampiirr.. aahh.." gerakan pinggulnya yang liar itu semakin tak
karuan, tak terasa sudah lima belas menit kami bersetubuh.
"Ooohh
memang enaak Tante, oohh.. Tante oohh.. tante Tika, oohh.. nikmat sekali
Tante, oohh.." Tak kuhiraukan tubuh Tante Tika yang menegang keras,
kuku-kuku tangannya mencengkeram punggungku, pahanya menjepit keras
pinggangku yang sedang asyik turun naik itu, "Aahh.. Doon.. Tante
ke..luaarr laagii.. aahh.."
liang senggama Tante Tika terasa
berdenyut keras sekali, seperti memijit batang kejantananku dan ia
menggigit pundakku sampai kemerahan. Kepala batang kejantananku seperti
tersiram cairan hangat
di dalam liang rahimnya. Sesaat kemudian ia
lemas lagi. Batang kejantananku masih menancap setia di liang kemaluan
Tante Tika. "Sekarang Tante mau puasin kamu, kasih Tante yang di atas
ya, Sayang.. mmhh, pintar kamu Sayang.." Posisi kami berbalik. Kini
Tante Tika menunggangi tubuhku. Perlahan tangannya kembali menuntun
batang kejantananku yang masih tegang itu memasuki liang kenikmatannya
dan terasa lebih masuk. Tante Tika mulai bergoyang perlahan, payudaranya
tampak lebih besar dan semakin menantang dalam posisi ini, aku segera
meremasnya. Tante Tika berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan
pantatnya, terlihat jelas bagaimana batang kejantananku keluar masuk
liang senggamanya yang terlihat penuh sesak, sampai bibir kemaluan itu
terlihat sangat kencang. "Ooohh enaak Tante.. ooh Tante.. ooh Tante
Tika.. ooh Tante.. hmm, enaak sekali.. oohh.." kedua buah payudaranya
seperti berayun keras mengikuti irama turun naiknya tubuh Tante Tika.
"Remas yang mesra dong susu Tante sayang, oohh.. yaahh.. pintar kamu..
oohh.. Tante nggak percaya kamu bisa seperti ini, oohh.. pintar kamu
Doon oohh.. ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang," Tante Tika meraih
bantal yang ada di samping kirinya dan memberikannya padaku. "Maksud
Tante supaya saya bisa.. srup.. srup.." mulutku menerkam puting susunya.
"Yaahh.. sedot susu Tante lagi sayang.. hmm.. yak begitu teruus yang
kiri sayang oohh.." Tante Tika menundukkan badan agar kedua buah dadanya
terjangkau mulutku. Cairan mani Tante Tika yang meluber membasahi
dinding kemaluannya. Akhirnya dia menjerit panjang, "Ouuhhgg.. Tante
keluuaar, lagii," erangnya. Aku yang belum puas memintanya untuk
menungging. Tante Tika menuruti perintahku, menungging tepat di depanku
yang masih terduduk. Hmm.., lezatnya pantat Tante Tika yang besar dan
belahan bibir kewanitaannya yang memerah, aku langsung mengambil posisi
dan tanpa permisi lagi menyusupkan batang kejantananku dari belakang.
Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih buah dada besarnya.
"Ooohh.. ngg.. Kamu hebaat Donn.. oohh, genjot yang cepat Sayang, oohh..
tambah cepat lagi.. uuhh.." desah Tante Tika tak beraturan. "Ooohh
Tante.. Taan..tee.. oohh.. nikmat Tante Tika.." Kepalanya menggeleng
keras kesana kemari, kurasa Tante Tika sedang berusaha menikmati gaya
ini dengan semaksimal mungkin. Teriakannya pun makin ngawur.
"Ooohh.. jangan lama-lama lagi Sayang, Tante mau keluar lagi ooh.."
rintihnya. Lalu aku mempercepat gerakanku hingga bunyinya kecepak-
kecepok akibat banyaknya cairan mani Tante Tika yang sudah keluar, lalu
aku merasa ada sesuatu yang mau keluar. "Aahh Tante.. uuhh.. nikmat
sekali, oohh.. Tante sekarang.. Tante Tika, oohh.. saya nggak tahan
tantee.. enaak.. oohh.." ceracauku tak beraturan. "Tante juga Doon..
ohh.. Doonny sayaangg, oohh.. keluaar samaan sayaang, ooh.." Kami berdua
berteriak panjang, badanku terasa bergetar dan, "Croot.. crott..
croott.. croott.." entah berapa kali batang kejantananku menyemburkan
cairan kental ke dalam rahim Tante Tika yang tampak juga mengalami hal
yang sama, selangkangan kami saling menggenjot keras. Tangan Tante Tika
meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia gigit sendiri. Matanya
terpejam seperti merasakan sensasi yang sangat hebat. Sejak itu
hubunganku dengan Tante Tika bertambah mesra tidak jarang kami
mengadakan perjanjian untuk saling ketemu atau saat dia menyuruhku
mengantarkannya ke arisan tapi malah dibelokkan ke rumahnya yang satu di
daerah perumahan elit yang sepi, sedang aku sama Shinta tetap pacaran
tapi perselingkuhanku dengan mamanya tetap kujaga rahasianya. Suatu hari
aku ke rumah Shinta sepulang sekolah, ternyata Shinta sedang les.
Sedangkan ayahnya ada meeting 2 hari di Malang. Karena sudah terbiasa,
setelah masuk ke rumah dan kelihatannya sepi, saat bertemu Tante Tika
aku langsung memeluknya dari belakang.
"Mumpung sepi Tante, saya sudah kangen sama Tante.." kataku sambil menciumi leher dan cuping telinga Tante Tika.
"Jangan di sini Sayang, ke kamar tante saja.." katanya sambil mengandengku masuk ke
kamar, aku seperti kerbau yang di cocok hidungnya, hanya menurut saja.
Setibanya di dalam kamar tanpa ba-bi-bu kami saling berpelukan dan
kulumat bibirnya. Nafasnya terengah- engah. Kancing dasternya kubuka
satu-persatu hingga semuanya lepas lalu kutarik ke bawah, sedang Tante
Tika juga sudah melepas kemejaku, tangannya kini sibuk membuka
reitsleting celanaku, aku membantunya. Setelah celanaku lepas lalu dia
buang di lantai. Aku diam sejenak, kupandangi tubuh Tante Tika yang
hanya memakai BH warna putih dan celana dalam yang juga putih. Lalu tali
pengikat BH-nya kulepas, maka tersembullah buah dada Tante Tika yang
montok dan menantang itu. Kemudian tanganku ganti memelorotkan celana
dalam Tante Tika. Kini dia sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun
yang menutupi tubuhnya. Kulitnya yang putih mulus memancarkan keindahan
alami, aku jadi semakin bernafsu. Sesaat kemudian Tante Tika jongkok di
hadapanku dan dengan sekali tarik celana dalamku dilepaskannya ke
bawah, dengan kakiku CD-ku kulempar ke bawah ranjang Tante Tika. Lalu
kami saling menatap, bibirnya didekatkan dengan bibirku, tanpa buang
waktu kupagut bibir yang merah merekah kami saling mengulum, terasa
hangat sekali bibir Tante Tika. Tanganku mulai bergerilya di dadanya,
gundukan montok itu semakin lama semakin kencang dan putingnya terasa
mengeras karena permainan tanganku. Kemaluanku tak luput dari tangan
hangat Tante Tika yang begitu bernafsu ingin menguasai keperkasaan
kejantananku. Tangan lentik itu kini mengocok dan meremas otot
kejantananku. Aku semakin tak tahan, lalu aku melepas pelukannya, nafas
kami sama- sama ngos-ngosan. Kulihat matanya memerah seperti banteng
yang marah, dadanya naik turun inikah yang namanya sedang birahi. Lalu
tubuh telanjang Tante Tika kubopong dan kubaringkan terlentang di atas
ranjang, dia
menekukkan lututnya dan kedua pahanya direnggangkan.
Melihat pemandangan liang senggamanya yang sudah basah dan merah
merekah, aku jadi semakin tidak sabar. Lalu kembali semua bagian dari
liang kewanitaannya menjadi daerah operasi lidahku. Klirotisnya terlihat
mengkilat
karena banyaknya cairan yang membasahi liang senggamanya.
Tiba-tiba aku dikagetkan saat secara refleks aku melihat ke pintu.
Memang pintu itu hanya di tutup kain gorden sedang daun pintunya tidak
kami tutup. Kain gorden itu tersingkap sedikit dan terlihat sepasang
mata mengintip perbuatan kami. Aku
sempat deg-degan, jangan- jangan
Om Har, kalau benar mati aku. Lalu saat gorden itu tertiup angin dari
jendela samping aku baru tahu kalau ternyata yang berdiri di balik pintu
adalah Tante Merry, adik Tante Tika. Aku jadi lega, paling tidak dia
bukan suami Tante Tika ataupun pacarku Shinta. Aku meneruskan
permainanku dengan harapan semoga Tante Merry bisa melihat bagaimana aku
bisa memuaskan kakaknya. Harapanku mendekati kenyataan, ternyata mata
itu terus mengawasi permainan kami bahkan saat batang kejantananku
hendak masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Tika, aku sempat mendengar
Tante Merry menahan nafas. Kembali kugenjot liang kewanitaan itu hingga
yang punya mengejang sambil mulutnya keluar erangan dan rintihan yang
seperti mungkin pembaca pernah melihat Film Blue versi mandarin saat si
cewek digenjot lawan mainnya. Aku sendiri semakin tambah bernafsu
mendengar rintihan kecil Tante Tika karena suaranya merangsang sekali.
Paling tidak 20 menit lamanya aku bisa bertahan dan akhirnya jebol juga
pertahananku. "Ccroot.. croot.. croot.." cairanku banyak yang masuk ke
dalam rahim Tante Tika, sedang sebelum itu Tante Tika
juga sudah
keluar dan setelah aku hampir selesai mengejang dan mengeluarkan
spermaku, giliran Tante Tika mengejang yang kedua kalinya. Lalu tubuhku
ambruk di samping Tubuh indah Tante Tika. Kulihat mata Tante Tika
terpejam sambil tersenyum puas. Lalu aku pamit mau ke kamar mandi.
Sebenarnya aku hanya ingin menemuai Tante Merry tapi saat kucari dia
sudah tidak di belakang gorden lagi. Lalu kucari di kamarnya. Kulihat
pintu kamar terbuka sedikit lalu kutengok, ternyata kamarnya kosong.
Akhirnya kuputuskan ke kamar mandi karena aku memang mau kencing, dengan
tergesa-gesa aku berlari ke kamar mandi, kulihat pintu kamar mandi
tidak tertutup. Saat aku di depan pintu, aku samar-samar mendengar bunyi
air yang dipancurkan berarti ada yang mandi shower. "Ohh.. my God.."
saat itu terpampang tubuh molek Tante Merry sedang mandi di pancuran
sambil mendesah-desah, dia menggosok tubuhnya membelakangi pintu.
Terlihat bagian pantatnya yang padat dan seksi, karena suara air begitu
deras mungkin Tante Merry tidak mendengar saat aku melebarkan pintunya.
Dari luar aku memandangnya lebih leluasa, tangannya sedang menggosok
buah dadanya dan kadang buah dadanya yang berukuran 36C itu diremasnya
sendiri, aku ikut terhanyut melihat keadaan itu. Saat dia membalikkan
badan, kulihat dia mendesis sambil matanya terpejam seperti sedang
membayangkan sesuatu yang sedang dialaminya. Waaouuw.., dari depan aku
semakin jelas melihat keindahan tubuh Tante Merry. Buah dadanya yang
sedang diremas tangannya sendiri kelihatan masih tegak menantang bulat
sekal dengan puting yang mencuat runcing di tengahnya, mungkin karena
dia belum pernah menyusui bayi maka kelihatan seperti buah dada seorang
perawan, masih segar. Aku sempat terperangah karena berbeda sekali
dengan kepunyaan Tante
Tika yang sudah agak menggantung sedikit tapi
ukurannya lebih kecil sedikit. Lalu pandanganku semakin turun, kulihat
hutan rimbun di bawah perutnya sudah basah oleh air, kelihatan tersisir
rapi dan di bawahnya sedikit daging kecil itu begitu menonjol dan
lubangnya lebih kecil dari lubang milik Tante Tika. Tak lama kemudian
tangannya meluncur ke bawah dan menggosok bagian demi bagian. Saat
tangan mungilnya digosokkan pada klirotisnya, kakinya ikut
direnggangkan, pantatnya naik turun. Aku baru menyadari bahwa kemaluanku
sudah tegak berdiri malah sudah keluar cairan sedikit. Aku semakin tak
tahan, aku lalu main spekulasi aku harus bisa menundukkan Tante Merry
paling tidak selama ini dia merasa kesepian, selama dua bulan terakhir
ini dirinya tidak disentuh laki-laki berarti dia sangat butuh kepuasan
batin. Satu persatu pakaianku kulepas hingga telanjang bulat, burungku
yang sudah berdiri tegak seperti tugu monas ini sudah tidak sabar ingin
mencari sarangnya. Lalu diam-diam aku masuk ke kamar
mandi dan aku
memeluk Tante Merry dari belakang, tanganku ikut meremas buah dadanya
dan kuciumi tengkuknya dari belakang. Tante Merry kaget, "Haii..
apa-apaan kamu Doonny!" bentaknya sambil berusaha melepaskan pelukanku.
Aku tidak menyerah, terus berusaha.
"Doonn.. Lepaaskaan Tantee.. Jangaan.." Dia terus berontak.
"Tenang Tante.. saya cuma ingin membantu Tante, melepaskan kesepian
Tante," aku terus menciuminya sedang tanganku yang satunya bergerilya ke
bawah, kugantikan tangannya yang tadi menggosok liang kewanitaannya
sendiri. Bibir kemaluannya kuremas dan kuusap-usap pelan.
"Tapi Doon, Ouhhg.. Aku kaan.. sshah.." dia sepertinya juga sudah menikmati permainanku.
"Sudah berapa lama Tante mengintip kami tadi.. Tante kesepian.. Tante
butuh kepuasan.. saya akan memuaskan Tante.. nikmati saja," aku terus
mencumbunya.
"Ouugh.. Ahh.. Jangaann Oohh.." dia terus melarang tapi sesaat kemudian dia membalikkan badan.
"Doonn, puaskan dahaga Tante.." katanya sambil melumat bibirku, kini
dia begitu agresif, aku ganti kewalahan dan berusaha mengimbanginya,
tanganku meremas kedua buah dada Tante Merry.
"Hmm kamu hebaat..
sayaang," tanpa sadar keluar ucapan itu dari mulutnya. Selama 25 menit
kami saling mencumbu, saling meremas dalam keadaan berdiri hingga..
"Ahh.. Doon, cukuup Doon.. lakukanlah, aku sudah tidaak tahaan.. Ohh.." rintihnya.
Lalu kudorong tubuh Tante Merry menepi ke dinding, kurenggangkan
kakinya. Sesaat kulihat bibir kemaluannya ikut membuka lebar,
klitorisnya terlihat meriang memerah dan sudah banyak cairan yang
membasahi dinding kewanitaannya. Lalu kuletakkan batang kejantananku
yang sudah mengeras itu di bibir kemaluan Tante Merry, pelan- pelan
kumasukkan. "Uhh.. ss, pelaan sayang, punyamu terlalu besar," jeritnya
kecil. Memang kelihatannya liang kewanitaan yang satu ini masih sempit
mungkin jarang dipakai. Perlahan batang kejantananku mulai masuk lebih
dalam hingga akhirnya amblas seluruhnya. "Aouuwww.." Tante Merry
menjerit lagi mungkin dia belum terbiasa dengan batang kejantanan yang
berukuran besar. Setelah keadaan agak rileks, aku mulai menggerakkan
batang kejantananku maju mundur. "Oohh.. teruskaan Sayaang.. gendoong
aku," katanya sambil menaikkan kakinya dan dijepitkan di pinggangku.
Saat itu batang kejantananku seperti dijepit oleh dinding kewanitaannya
tapi justru gesekannya semakin terasa nikmat. Tante Merry terus
melakukan goyang pinggulnya.
"Ohh.. ennaak Tantee.." aku semakin terangsang.
"Tantee jugaa nikmaat.. Doon, punya kamu nikmaat banget.. Ohh, rasanya
lebih nikmat dari punya suamikuu.. Ahh.. Uhh.. Tusuk yang lebih keras
sayang." desis Tante Merry.
"Aaahh.. Aaagh.. Ohh.. Sshh.." Tante Merry merintih tak karuan dan gerakan pinggulnya semakin tak beraturan.
"Doon, Ohh.. genjoot teruuss.." dia setengah menjerit, "Don, masukin yang dalam, yachh.."
"Enaak Tante, mmhh.." aku merasakan sukmaku seperti terbang ke awan,
liang kewanitaan perempuan ini nikmat betul sih, sayang suaminya kurang
bisa memuaskannya.
"Ouuhh, Doon.. Tantee.. Mauu Keel.. Aaahh.." dia
menjerit sambil menekankan pantatnya lebih dalam. "Seerr.." terasa
cairan hangat membasahi batang kejantananku di dalam rahimnya. Tapi aku
terus memacu gerakanku hingga aku sendiri merasakan mau mencapai
orgasme.
"Tantee.. dikeluarkan di dalam apa di luar," aku masih sempat bertanya.
"Di dalam sajaa, berii aku bibitmu sayang," pintanya. Tak lama kemudian
aku merasakan ada dorongan dari dalam yang keluar, "Crroott.. crroott..
croott.." cairan maniku langsung memenuhi rahim Tante Merry, lama kami
berpelukan kencang hingga akhirnya aku merasa kakiku lemas sekali, tapi
aku terus mencumbu bibirnya.
"Terima kasih Doon, kamu telah menghilangkan dahagaku," kata Tante Merry.
Subscribe to:
Posts (Atom)